Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Indera Keenam

5 September 2022   05:36 Diperbarui: 5 September 2022   10:48 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indera-pikiran jauh lebih sulit, karena objek pikiran tidak dapat dikenali oleh indera lainnya. Jika buah matoa dapat dilihat, dapat dipegang, tidak demikian objek pikiran.

Contoh objek pikiran adalah perasaan. Perasaan hanya ada 3 jenis, yaitu senang, tidak senang (kecewa) dan netral. Perasaan muncul ketika proses kognitif terjadi, seperti proses melihat, setelah objek dikenali, akan diikuti oleh perasaan.

Setiap kali proses kognitif terjadi dari keenam indera, muncullah perasaan. Perasaan yang muncul adalah senang, tidak senang (kecewa), netral.

Setelah perasaan muncul barulah muncul emosi lainnya, seperti marah, benci, iri, serakah dan lainnya. Baik perasaan dan emosi yang muncul, kontak, kesadaran indera (vinnana) dan semua aktivitas pikiran/batin lainnya juga merupakan objek dari indera-pikiran.

Satu-satunya cara untuk mengenali semua objek indera-pikiran adalah dengan melihat langsung, yang dikenal sebagai ehipassiko.

Untuk dapat melihat objek indera-pikiran atau aktivitas batin, indera-pikiran harus belajar dengan berlatih meditasi. Meditasi adalah salah satu ajaran pokok yang diajarkan oleh Buddha Gautama, bahkan beliau sendiri yang memberikan instruksi secara langsung pada murid-muridnya, banyak sekali petunjuk-petunjuk meditasi tercatat dalam kitab suci Tripitaka.

Indera-pikiran tidak mampu mengenali objek pikiran, karena pikiran terlalu sibuk. Ketika berlatih meditasi pikiran dilatih untuk mengamati satu objek saja, misalkan keluar masuknya nafas, ketika pikiran sudah terlatih maka pikiran akan diam pada keluar masuknya nafas.

Pada saat pikiran tidak sibuk ini, barulah objek pikiran lain dapat dikenali sedikit demi sedikit. Semakin tidak sibuk semakin banyak yang dikenali.

Sesuai kebiasaan, begitu mengenali objek pikiran tersebut, jika objek menyenangkan biasanya dikejar. Ketika hal ini terjadi pikiran menjadi sibuk kembali. Jika objek tidak menyenangkan, berusaha untuk menolaknya, akibatnya pikiran menjadi sibuk menolak.

Buddha Gautama mengajarkan untuk melihat semua aktivitas itu sebagaimana apa adanya, bahwa semua aktivitas tersebut hanya muncul, sebentar, lalu lenyap, tidak kekal (anicca).

Ketika aktivitas pikiran dikenali oleh indera-pikiran, akan bertahan sejenak lalu lenyap. Muncul lagi lenyap lagi, semua aktivitas pikiran tersebut hanya muncul lenyap, tidak bertahan lama. Jika bertahan lama, sebenarnya aktivitas yang sama yang muncul berturut sehingga sepertinya ada bertahan lama atau selalu ada, padahal tidak demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun