Weekend yang lalu saya tertular anak-anak gadis saya ikut nonton serial drama Korea (Drakor) yang sedang asyik mereka ikuti.
Bermula dari sekilas melihat aktris dan aktornya yang good looking. Saya lalu bertanya, "siapa itu?" Pembicaraan menjadi semakin menarik sewaktu anak saya menceritakan kisahnya.
Wah, menarik juga pikir saya. Selanjutnya saya mulai duduk dan ikut menikmati ceritanya. Nah, mulai deh terkena virus Drakor. Hahaha...
Sekejap kemudian, saya merasa ada yang lain dengan diri saya. Aneh, ini bukan saya.
Dulu kalau melihat tokoh antagonis di sebuah drama, sinetron, atau film, biasanya saya selalu ikut terpancing untuk tidak suka. Membenci bahkan mengharapkan hal-hal buruk akan terjadi kepada si tokoh antagonisnya. Harapan itu muncul begitu saja sebagai balasan dari hal-hal buruk atau jahat yang telah mereka lakukan.
Namun saat menonton drama Korea pada weekend tersebut, saya merasa sedikit aneh. Saya bisa menonton dengan tenang tanpa terpancing emosi. Terutama kepada si tokoh antagonis. Alih-alih tidak suka atau benci, saya malah merasa kasihan dan iba kepada dia. Saya bisa secara sadar melihat ada penderitaan di dalam tokoh antagonis tersebut.
Kasihan dirinya, dia sangat menderita.
Benar "Aneh tapi Nyata". Sesaat muncul keraguan, inikah diriku? Merasa iba kepada si tokoh antagonis, reasanya bukan saya!
Apakah yang terjadi?
Saat memikirkan hal itu, saya bisa merasakan ada aliran sejuk dan lembut mengalir di hati saya. Muncul perasaan bahagia dan syukur. Setelah saya amati, fenomena tersebut bukan saja karena berhasil mengubah cara pandangku tentang rasa iba dan cinta kasih, tapi lebih jauh lagi.