Setelah kelahiran sebagai manusia, hanya tiga kondisi yang pasti terjadi; menjadi tua, mengalami rasa sakit, dan meninggal dunia. Orang-orang bijak telah mengatakan; kehidupan ini pasti akan diakhiri dengan kematian. Hanya kematian yang pasti, sedangkan kehidupan ini tidak pasti.
Semua orang tahu bahwa suatu saat dia akan meninggal dunia. Namun setiap orang pasti tidak akan mengetahui, kapan kematian akan datang dan bagaimana caranya dia datang. Ada yang meninggal karena usia tua. Ada yang karena kecelakaan. Ada yang dibunuh ---sengaja atau tidak sengaja, dengan senjata atau cara-cara lainnya. Ada yang karena sakit yang berkepanjangan.
Dalam ingatan yang samar-samar, ketika masih anak-anak, saya pernah diajak ibu ke suatu tempat, bertemu dengan 'orang pintar'. Saya mendapatkan sebuah buku tulis, bersampul coklat, yang di dalamnya penuh dengan tulisan aksara China. Entah apa isinya, saya tidak bisa membacanya. Apalagi memahami lebih lanjut.
Salah seorang bibi menjelaskan; bahwa saya perlu hati-hati dalam perjalanan hidup ini karena saya bisa meninggal dalam usia muda; sekitar umur 22 tahun. Atau saya akan meninggal pada usia 44 tahun. Namun jika saya berusia panjang, saya akan meninggal di usia 65 tahun.
Buat saya, orang tersebut benar-benar pintar. Bisa mengetahui batas waktu kehidupan seseorang. Bisa mengetahui apa yang akan terjadi. Apa yang selama ini menjadi sebuah misteri, seakan-akan sudah dipastikan.
Tentu saja saya tidak ingat dengan isi ramalan tersebut. Saya menjalani hidup seperti biasa; bersekolah, bermain, membantu orangtua, dan seterusnya. Hingga suatu hari, sebuah peristiwa tragis terjadi dan hampir membuat saya meninggal mendadak.
Sesaat berikutnya saya baru tersadar; inikah kematian yang seharusnya terjadi di usia 22 tahun? Namun peristiwanya sudah berlalu. Artinya semuanya sudah lewat. Saya masih bisa melanjutkan kehidupan ini.
Saya tidak merasa ada peristiwa serius di usia 44 tahun yang sekiranya bisa membawa kematian. Dan sekarang, saya menunggu datangnya kematian di usia 65 tahun. Apakah ini akan menjadi garis akhir perjalanan hidup ini? Entahlah. Saya hanya menunggunya.Â
Jika dihitung, garis akhir tersebut terasa semakin dekat. Tidak lebih dari tiga ribu hari. Tidak terlalu banyak. Mau tidak mau, saya harus bersiap-siap menyambut datangnya kematian. Dia pasti akan datang dan mengantarkan setiap orang untuk melanjutkan perjalanan hidup.
Saya hanya mempunyai kesempatan selama tiga ribu hari ke depan untuk mengumpulkan bekal perjalanan. Semua orang tidak bisa membawa apa yang telah mereka kumpulkan selama kehidupan ini. Orang kaya raya pun, tidak bisa membawa semua yang telah mereka peroleh harta dan kewajibannya. Yang bisa dibawa hanyalah apa yang dilakukan, bukan apa yang diperoleh.
Masih kesempatan buat saya untuk melakukan perbuatan baik dengan berbagai cara yang ada. Juga sesuai dengan kemampuan yang ada. Berusaha untuk tidak melakukan perbuatan buruk. Berusaha untuk memperbanyak perbuatan baik. Dan berusa melatih ketenangan pikiran agar bisa menerima kondisi-kondisi yang ada.
Sebuah kisah yang memberikan inspirasi bagi saya adalah tentang perumah tangga Nakulapita yang menemui Buddha, memberi hormat, dan menyampaikan kondisinya fisiknya. Dia sudah menua, badannya sudah lemah, sering sakit-sakitan, jompo sehingga jarang bisa berkunjung ke vihara untuk berbuatan baik.
Buddha memberikan nasihat kepada Nakulapita; bahwa memang demikian keadaan yang pasti terjadi. Tubuh ini terus menerus mengalami perubahan, tidak sehat selamanya. "Oleh karena itu, perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: 'Walaupun tubuhku menderita, namun batinku tidak akan menderita.' Demikianlah engkau harus berlatih."
Tubuh ini akan melemah. Kematian pasti akan datang. Kita perlu mengumpulkan bekal berjalanan hidup. Kita tidak membawa akan yang sudah kita kumpulkan, hanya membawa apa yang kita lakukan saja. Dan pada akhirnya, ketenangan pikiran diperlukan ketika waktunya tiba.
**
Tangerang, 15 Agustus 2022
Penulis: Dhana Putra, Kompasianer Mettasik
Dharmaduta | Penulis | Instruktur Meditasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H