Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pembebasan Ada di Tangan Kita

12 Agustus 2022   19:51 Diperbarui: 12 Agustus 2022   20:11 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembebasan Ada di Tangan Kita (gambar: spiritualityhealth.com, diolah pribadi)

Adegan pembuka serial Money Heist musim ke-3 menggambarkan bagaimana para tokoh dalam serial tersebut sedang menikmati kekayaan yang mereka dapatkan dari hasil "pekerjaan" mereka dalam dua musim sebelumnya. Mereka mewujudkan hidup impian yang diidamkan banyak orang; tidak lagi khawatir akan masalah keuangan, punya banyak waktu untuk melakukan aktivitas-aktivitas menyenangkan, pergi ke berbagai tempat eksotik di seluruh penjuru dunia, tinggal di tempat yang diinginkan, dan masih banyak lagi---Anda hanya perlu menambahkan daftar tersebut dengan impian Anda sendiri. Mereka hidup merdeka, bebas sebebasnya.

Anda boleh punya mimpi yang sama. Dari kacamata kehidupan perumahtangga dan dunia materialistis, seorang Buddhis wajar menginginkan kehidupan seperti itu.

Kemiskinan adalah penderitaan bagi penikmat kesenangan indrawi (Inasutta/AN 6.45)[1] Miskin, secara sempit, adalah kesulitan keuangan. Meskipun ada kalimat penghiburan "uang tidak menjamin kebahagiaan", tetapi tidak punya uang juga pangkal penderitaan. 

Dampak miskin adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.  Perut tak pernah kenyang, tempat tinggal tidak layak, penyakit tak kunjung sembuh, pendidikan tak tergapai hanya sebagian dari pahitnya kemiskinan.  Lebih luas lagi, ia memicu kenekatan untuk melakukan keburukan, bahkan sampai melakukan tindak kejahatan.

Sebaliknya, kebebasan keuangan adalah pembebasan dari kemiskinan. Nominalnya terserah, tidak ada standar. Kebebasan keuangan bagi si A pasti beda dengan si B dan seterusnya. Yang penting saat dibutuhkan ia selalu ada. Itu kebebasan keuangan.

Kualitas hidup meningkat. Kecemasan akan kemampuan untuk memenuhi semua kebutuhan lenyap. Tak ada kekhawatiran esok makan apa. Banyak masalah dapat diatasi karena kekuatan kebebasan keuangan. Mobil rusak langsung dibawa ke bengkel atau bahkan beli yang baru.

Sakit, langsung masuk ke rumah sakit terbaik dengan fasilitas VVIP. Liburan datang, jemari tinggal menunjuk negara mana yang belum pernah dikunjungi. Apa pun yang dapat dibeli dengan uang, tinggal dibeli. Nikmatnya pencapaian kebebasan keuangan. Bahagianya pembebasan dari kemiskinan.

Seorang triliuner (kekayaannya di atas miliarder) yang hanya menggunakan uangnya untuk menyenangkan diri sendiri, dan tidak memiliki niat sedikit pun untuk berbagi kepada yang membutuhkan membahayakan dirinya jatuh ke jurang kemiskinan di kehidupan mendatang.

Mampu membeli pesawat pribadi, tetapi gagal berderma ambulans untuk klinik orang jompo di sekitar tempat tinggalnya. Puluhan juta dihabiskan untuk merawat kolam renang yang dia sangat jarang gunakan, namun beberapa juta tidak rela diberikan untuk membantu kebutuhan mencat kembali rumah ibadah di lingkungan tempat tinggalnya. Hati-hati dengan kebebasan keuangan karena itu bukan jaminan untuk kelahiran mendatang yang baik. 

Kebebasan keuangan adalah kesempatan untuk mengakumulasi daya kebajikan dan daya kearifan. Dengan daya kebajikan, seseorang mengumpulkan sebab-sebab untuk kelahiran yang baik.  Daya kearifan adalah sebab-sebab untuk memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni agar mampu memahami dan merealisasi Buddha Dharma. Jalan ini membutuhkan kapasitas batin yang cukup. 

Buddha mengajarkan bahwa kekayaan---yang didapatkan dengan cara yang benar dan usaha penuh semangat---yang dinikmati dan digunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang membuahkan jasa kebajikan adalah kebahagiaan menikmati (nayasutta/AN 4.62) Jutawan yang arif sadar bahwa kekayaan adalah kekuatan untuk mengakumulasi daya kebajikan.

Hidupnya seimbang antara menikmati dan memberi. Kebajikannya semakin menumpuk, kebahagiaannya semakin berlimpah. Kelahiran baik yang dia telah dapatkan---sebagai manusia, bertemu Buddha Dharma, memiliki kekayaan yang cukup, dan lain sebagainya---mendukung setiap langkah di jalan spiritual. Ditambah tekad belajar dan berpraktik Dharma, dia sedikit demi sedikit mengumpulkan daya kearifan.

Berawal dari pembebasan dari kemiskinan, pembebasan sejati akan direalisasi.

**

Jakarta, 12 Agustus 2022
Penulis: Hendra Lim, Kompasianer Mettasik

Dosen | Trainer | Penyunting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun