Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pembebasan Benar dalam Dhamma

10 Agustus 2022   15:56 Diperbarui: 10 Agustus 2022   16:04 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman-teman, pasti kita pernah merasakan hal-hal yang membuat diri kita seperti terkurung, terpenjara, mengalami kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dan tidak memuaskan. Ketika kita merasakan hal tersebut, apakah timbul suatu keinginan untuk keluar dan terbebas dari semua itu?

Di dalam ajaran Buddha, kita mengenal suatu metode ajaran para Buddha. Ajaran ini kita sebut sebagai Anupubbikatha. Yang kalau diartikan adalah ajaran Buddha atau Dhamma secara bertahap atau bertingkat.

Dhamma ini adalah ajaran yang bisa dilatih dan dikembangkan secara bertahap, mulai dari yang biasa dan ringan. Ajaran paling ringan dan mudah dilaksanakan atau dipraktikkan tidak lain adalah berdana atau memberi. Perbuatan ini bisa dipraktikkan siapa saja. Bahkan seorang yang kejam dan sadis juga bisa mempraktikkan hal tersebut tanpa kesulitan.

Ajaran selanjutnya adalah tentang perilaku moralitas. Moralitas di dalam agama Buddha ada banyak jenis dan jumlah untuk para perumah tangga atau umat awam, atthasilani, samanera, samaneri, sayalay dan para Bhikkhu, Bhikkhuni atau Ayya.

Jumlah sila untuk para umat awam lelaki dan perempuan adalah Pancasila Buddhis dan yang lebih tinggi lainnya, lalu mereka para atthasilani bisa menjalankan atthasila atau atthasila ditambah dengan pengembangan cinta kasih universal.

Untuk samanera, samaneri atau sayalay bisa menjalankan 10 sila. Dan para Bhikkhu khususnya mazhab Theravada menjalankan 227 aturan utama dan Bhikkhuni atau Ayya memiliki sebanyak 331 aturan utama. Aturan ini masuk dalam Vinaya Pitaka dan diucapkan kembali di setiap hari Uposatha tertentu sebagai pengucapan Patimokkha.

Ajaran bertahap selanjutnya adalah tujuan dari perbuatan baik yang membawa kelahiran seorang menuju alam surga. Kita tahu bahwa kehidupan surgawi adalah kehidupan yang penuh dengan kenikmatan indra, suka dan bahagia.

Namun masa kehidupan yang panjang di surgawi akan berakhir pula. Kenikmatan-kenikmatan indra yang diperoleh di alam surgawi juga terbatas meskipun jauh melebihi kenikmatan di alam manusia.

Untuk terlahir di alam surgawi, kita bisa melakukan segala macam kebaikan atau kebajikan yang mengarah pada kelahiran surgawi ketika kita masih hidup sebagai manusia.

Keinginan untuk terlahir di alam surgawi adalah wajar-wajar saja. Ini dikarenakan untuk terlahir di alam surgawi, manusia harus memberi atau berdana, memiliki perilaku moralitas, pengendalian diri, merawat orang tua, keluarga membantu dan menolong orang seperti para lansia, orang sakit, kaum papa, cacat dan pengembangan kualitas bermanfaat lainnya.

Ajaran bertahap selanjutnya adalah untuk memahami dan melihat bahaya-bahaya, keburukan dan kekotoran yang terdapat dari menikmati kenikmatan indra.

Memang ada kenikmatan dan kebahagiaan dalam menikmati kepuasan indra, namun kebahagiaan yang diperoleh dari hal tersebut sangatlah singkat dan sulit dipertahankan. Sering kali tidak sesuai dengan apa yang kita ingin dan/atau kita harapkan.

Setelah kita memiliki dan menikmatinya, akan ada keinginan untuk mengulangi dan selalu ingin ditambah dan ditingkatkan dalam hal durasi dan kualitasnya. Di sini lah muncul berbagai kekotoran batin seperti kemelekatan dan jika tidak tersampaikan maka kita akan menderita.

Di samping itu ada Lima Gugusan yang tunduk pada kemelekatan. Kelima hal tersebut kita sebut sebagai Panca Khanda. Panca Khanda terdiri dari bentuk, perasaan, persepsi, kesadaran dan bentuk-bentuk pikiran. Jika bentuk, perasaan, persepsi, kesadaran dan bentuk-bentuk pikiran itu berubah dan tidak sesuai dengan keinginan kita maka akan timbul berbagai macam penderitaan.

Inilah mengapa dikatakan kenikmatan indra sangatlah singkat, sedangkan penderitaannya lebih banyak atau kita bisa mengatakan bahayanya lebih besar. Ketika lima gugusan tersebut berubah bahkan lenyap dan tidak sama pada saat itu, kita yang terobsesi untuk mempertahankannya akan melakukan banyak sekali hal-halnya tidak bermanfaat seperti menyakiti pihak lain, membunuh, mencuri, asusila dan berucap tidak benar.

Ketika kita berbuat salah dan menyebabkan kerugian pada diri sendiri dan pihak lainnya, maka tujuan kelahiran kita akan buruk.

Meskipun kita tidak berbuat perbuatan salah seperti di atas dan hanya menikmati kenikmatan indra dan tenggelam di dalamnya, kita juga akan tetap tidak terbebaskan dari kelahiran, sakit, penuaan dan kematian. Kita tetap akan terlahir. Ketika kita terlahir maka akan ada sakit, usia tua, kematian, perpisahan dari orang yang kita cintai, pertemuan dari orang yang tidak kita sukai dan ratap tangis.

Itulah bahaya-bahaya dari hasil kenikmatan indra. Ajaran Buddha atau Dhamma mengajarkan kita terbebas dari segala macam Dukkha seperti yang disebutkan di atas.

Ajaran bertahap selanjutnya adalah tentang empat kesunyataan mulia. Empat Kebenaran Mulia adalah kebenaran mulia tentang dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha dan jalan untuk membebaskan dari dukkha.

Kebenaran mulia tentang dukkha harus dipahami sepenuhnya. Dukkha adalah kelahiran, penuaan, sakit, kematian, berkumpul dengan yang tidak menyenangkan, berpisah dengan yang menyenangkan, tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Keseluruhannya adalah lima gugusan atau lima unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan. Semua itu adalah dukkha.

Kebenaran mulia tentang asal mula dukkha harus ditinggalkan. Tidak lain dan tidak bukan adalah ketagihan yang menuntun pada penjelmaan baru, penuh dengan nafsu kesenangan dan pemuasan indra, ketagihan pada penjelmaan dan pemusnahan.

Kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha harus direalisasikan. Adalah peluruhan dan lenyapnya ketagihan itu sendiri, tidak bergantung pada ketagihan, bebas dari ketagihan secara total.

Kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha harus dikembangkan. Ini adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Bisa dikelompokkan menjadi sila, samadhi dan panna. Jalan Mulia Berunsur Delapan ini adalah pikiran atau pandangan benar, kehendak atau pengertian benar, ucapan benar, perbuatan benar, pencaharian benar, daya usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Dengan menembus Empat Kebenaran Mulia maka kita bisa bebas dari segala macam bahaya yang membawa kita pada penuaan dan kematian. Khususnya pada pemahaman tentang dukkha akan membawa kita menuju pada kebosanan, keengganan pada penuaan dan kematian atau pada lima gugusan (Panca Khanda).

Dengan munculnya Kebosanan maka Peluruhan akan muncul dan dengan kemunculan Peluruhan maka Pelenyapan juga muncul. Semua itu dimulai dari Empat Kebenaran Mulia.

Dalam agama Buddha, inilah yang disebut sebagai pembebasan, yaitu bebas dari segala bentuk kekotoran batin, bebas segala macam hal yang timbul berkondisi. Bebas dari kelahiran, sakit, penuaan dan kematian. Apapun yang muncul bergantung dan berkondisi maka di sana akan ada kehancuran. Setelah kita memahami dan menembus hal tersebut, kita akan dekat dan berada pada Nibbana.

**

California, 10 Agutus 2022
Penulis: Willi Andy, Kompasianer Mettasik

"Hidup dengan Cinta dan Kasih Sayang"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun