Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagiaan yang Lahir dari Kebaikan dan Ketulusan

4 Agustus 2022   20:06 Diperbarui: 5 Agustus 2022   18:01 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebahagiaan yang Lahir Dari Kebaikan dan Ketulusan (gambar: happydays265.org, diolah pribadi)

"Karena kamu baik", jawab Elvi kepada Hendra. Elvi cantik seperti salah satu anggota Blackpink, Hendra tinggi, kurus, rambutnya ikal berantakan, wajahnya berhiaskan bekas jerawat.

Mereka bertemu di sebuah kegiatan wihara, kemudian menjalin hubungan 'dekat'. Beberapa teman yang melihat mereka bersama heran bagaimana mungkin wanita secantik Elvi mau bersama Hendra.

Mereka tidak melihat kualitas diri Hendra sebagaimana yang Elvi lihat. "Karena kamu baik," jawab Elvi saat Hendra bertanya mengapa dia bersedia menjalin hubungan dekat dengannya.

Klise? Tidak.

Kebaikan dengan ketulusan meluluhkan hati yang keras.

Baik saja kan tidak cukup!
Setuju. Namun, kebaikan membukakan pintu-pintu kesempatan emas sehingga kemampuan mendapatkan atensi.

Anda mungkin pernah mendengar kisah George C. Bolt, seorang pengelola hotel kecil di Philadelphia yang memberikan kamarnya untuk anggota keluarga Astor dan anaknya yang sedang sakit.

Setelah anak tersebut sembuh, anggota keluarga tersebut memengaruhi Astor agar Bolt ditunjuk sebagai manajer untuk hotel baru, yaitu The Waldorf Astoria di New York. Kisah ini, dan kisah-kisah nyata yang tak terhitung dan tertulis lainnya membuktikan kebaikan membukan pintu emas kesempatan bagi kemampuan agar mendapatkan atensi.

Buah manis yang dirasakan Bolt adalah hasil dari kebaikan dengan ketulusan. Dia tidak kenal siapa tamunya pada malam itu. Dia hanya tergerak untuk membantu sesama manusia yang sedang membutuhkan.

Meminjam kalimat iklan Nike, dia hanya "just do it". Tanpa embel-embel, tanpa harapan, tanpa keinginan untuk mendapatkan sesuatu dari mereka. Belajar dari Bolt, berbuat baik karena itu sepatutnya dilakukan. Tak perlu bertanya Anda akan mendapatkan apa. Sebaliknya, tanyakan saya dapat memberikan apa.

Alam telah mengajarkan menanam dulu baru menuai. Menanam adalah kebaikan, benih yang baik adalah ketulusan. Menanam benih yang bagus menuai buah yang bagus.  Ketulusan dan kebaikan buahnya pasti manis.

Bolt tidak memetik buah manisnya hari itu juga. Benihnya telah ditanam, namun hasilnya tidak langsung berbuah. Ini tidak berarti benih ketulusan yang telah ditanam tidak pasti berbuah manis.

Belajar dari alam, ada benih yang berbuah cepat dan ada yang lambat. Bukankah pepaya lebih cepat berbuah dibanding mangga? Satu hal yang pasti, benih yang telah ditanam dan dirawat akan berbuah. Tidak ada benih, sudah pasti tidak ada buah. Kebaikan dengan ketulusan berbuah manis pada waktunya.

Bukan hanya membukakan pintu emas kesempatan, kebaikan dengan ketulusan menghadirkan kebahagiaan.  Kebaikan meringankan penderitaan orang lain, menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi, memberikan jalan keluar, melayani kebutuhan orang banyak, dan lain sebagainya.

Ucapan terima kasih dan senyum lega yang terpancar dari wajah orang yang dibantu menyentuh benih-benih kebahagiaan. Suka cita yang dirasakan sangat nyata dan langsung. 

Kebaikan dengan ketulusan adalah benih baik penghasil daya kebajikan. Perjalanan spiritual menuju pembebasan sejati, yaitu membebaskan diri dari samsara semata-mata demi membebaskan makhluk lain dari samsara, ditopang oleh daya kebajikan dan daya kebijaksanaan.

Daya kebajikan menghasilkan kelahiran yang baik di alam tempat Buddha Dharma eksis. Daya kebijaksanaan menghasilkan kapasitas batin yang tertarik kepada, memahami, dan mempraktikkan ajaran dengan tepat.

Kesenangan dari mendapatkan barang yang diidamkan adalah suatu kebahagiaan. Perasaan senang setelah melakukan suatu kebaikan juga kebahagiaan.

Yang pertama bersumber dari mendapatkan, yang kedua adalah dampak dari memberi. Dua-duanya terikat dengan karakteristik kehidupan, yaitu ketidakkekalan.

Barang yang didapat akan berubah; tidak lagi baru, ketinggalan zaman, rusak, atau hilang. Kebaikan yang pernah diberikan telah berlalu, bahkan mungkin dilupakan, tetapi berdampak lama.

Di antara dua itu, kebahagiaan yang dihasilkan dari suatu kebaikan lebih layak untuk sering-sering dilakukan.

**

Jakarta, 4 Agustus 2022
Penulis: Hendra Lim, Kompasianer Mettasik

Dosen | Trainer | Penyunting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun