Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tiga Corak Kehidupan

3 Agustus 2022   19:05 Diperbarui: 3 Agustus 2022   19:06 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga Corak Kehidupan (gambar: istockphoto.com, diolah pribadi)

Anicca (Hidup Tidak Kekal)

Hidup tidak kekal
Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal
Lahir, tua, sakit, dan mati merupakan proses dari perubahan

Ada perjumpaan, pasti akan ada perpisahan
Senang, susah, bahagia, menderita, datang pergi silih berganti
Lahir bayi mungil, tumbuh menjadi besar, dewasa, tua ,sakit ,dan akhirnya mati

Cantik ,elok, rupawan dan gagah menawan akan menjadi tua

Kehidupan akan menjadi terhormat atau tercela tergantung isi kehidupan
Mengisi kehidupan dengan karya indah dan bermanfaat bagi banyak orang
Menghargai kehidupan dengan banyak perbuatan baik
Memperbaiki diri hari ini dan esok menjadi lebih baik

Berkarya yang bermanfaat, tidak merugikan orang lain dan diri sendiri
Mengembangkan kerendahan hati, kemoralan, cinta, dan kasih sayang
Mengikis kebencian, keserakahan, kesirikan dan perbuatan tercela
Mengkondisikan kehidupan menjadi berharga dan berbahagia

**

Dukkha (Tidak memuaskan)

Kehidupan adalah dukkha, tidak memuaskan
Berkumpul dengan yang tidak disukai
Berpisah dengan yang dicintai

Banyak keinginan tak sampai
Banyak tuntutan tidak dapat terpenuhi
Kenyataan tidak sesuai harapan
Kekecewaan menguasai pikiran

Mendatangkan derita berkepanjangan
Menerima kenyataan dengan bersyukur
Membebaskan diri dari kekecewaan, ketidak puasan, dan kemelekatan
Menikmati kehidupan dengan puas hati dan berbahagia

**

Anatta (Aku Tidak Ada)

Kehidupan ini kosong, tanpa inti, tanpa aku
Tubuh gagah, anggun menawan, dan cantik elok rupawan, akan menjadi tua dan renta
Akhirnya menjadi seonggok daging dan tulang belulang
Terbungkus kulit yang akan busuk menjijikkan

Kenangan indah, dan pahit, akan berlalu dan dilupakan.
Saat kematian menjemput
Aku ini apa, siapa? Mana yang disebut aku?

Saat menjadi jenazah, apa aku masih ada?
Kemana aku saat kematian tiba?

Kesenangan dan kesedihan hanyalah proses kehidupan, yang dinikmati sesaat
Semuanya akan berlalu menjadi kosong dan tidak ada
Memahami, dan mempraktekkan dalam keseharian

Membebaskan diri dari kemelekatan, dapat mengakhiri penderitaan
Mengkondisikan kehidupan menjadi tenang damai dan berbahagia

Semoga semua makhluk hidup berbahagia

**

Tegal, 03 Agustus 2022
Penulis: Suriya Dhammo Lie, Kompasianer Mettasik

Dharmaduta | Aktivis Buddhis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun