Menyaksikan anak-anak yang tidak sekolah, padahal sudah memasuki usia sekolah adalah pemandangan yang sangat memilukan. Apalagi sebagian yang masih usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah sudah harus ikut bertanggung jawab terhadap keuangan keluarga. Mereka harus bekerja mencari nafkah.
Tidak tega, tetapi apa yang bisa dilakukan? Kondisi seperti ini bukan hanya terjadi di satu tempat, tetapi banyak, tersebar di seluruh wilayah Hutan Taman Industri, di mana para pekerja adalah buruh kasar.
Kami mulai mengadakan survei lapangan, mendata anak-anak usia sekolah dan membuat proposal ke perusahaan. Puji Tuhan, sekolah-sekolah pun  dibangun mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Dasar.
Beberapa tahun kemudian, masalah mulai timbul karena anak-anak yang tamat SD kembali lagi tidak mendapat kesempatan mengecap bangku sekolah lanjutan.Â
Apalagi yang bisa kami lakukan? Melihat anak-anak harus mengikuti orangtuanya bekerja, sebagian dipulangkan ke kampung halaman yang disana pun mereka harus bekerja.
Serasa buntu sudah, hampir putus asa.
Tapi Tuhan memang selalu menunjukkan jalan dimana kita sudah berserah dan pasrah. Dipelopori oleh Manajer kami, Bapak Jansen Yudianto, kami membuka kesempatan kepada anak-anak yang sudah tamat SD untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang setara dengan SMP melalui program Paket B, yang biasanya merupakan fasilitas untuk orang-orang yang sudah bekerja dan tidak memiliki kesempatan untuk ke sekolah.
Berkantor di gedung SD yang sudah ada, kami mulai mencari anak-anak yang putus sekolah. Awalnya mereka menolak karena yang mereka butuhkan adalah pekerjaan, bukan pendidikan formal maupun non-formal. Jerih payah kami tampaknya juga tidak tepat sasaran. Kami tidak memiliki lapangan pekerjaan sedangkan kebutuhan hidup mereka harus dipenuhi.
Kalau hanya ijazah, bisa saja mereka bekerja sambil mengikuti program Paket B ini di mana saja tanpa harus bergabung dengan kami. Mereka hanya butuh hadir untuk melakukan evaluasi kenaikan kelas dan kelulusan.
Apakah ini yang kami harapkan? Tentu tidak sesederhana ini. Kami punya harapan, bahwa anak-anak ini memiliki keterampilan sehingga mereka bisa memperbaiki taraf hidup mereka dan keturunan mereka.
Kembali manajer kami Bapak Jansen Yudianto meluncurkan program magang. Kami menghubungi manajer-manajer di lingkungan Hutan Taman Industri, mencari peluang untuk bisa berkolaborasi dengan mereka.
Karena umur mereka sudah memenuhi syarat untuk mengikuti program magang, akhirnya terjadi kesepakatan yang menjawab masalah kami. Anak-anak yang mengikuti program Paket B akan belajar beberapa keterampilan di Nursery.
Mereka diberikan keterampilan dalam hal membibit, menanam dan harvesting. Bukan hanya itu saja, ada juga program untuk pembelajaran di bagian administrasi perkantoran.
Terjadilah simbiosis mutualisme, dimana anak-anak diuntungkan dengan mendapat keterampilan dan uang saku, makan dan tempat tinggal, serta memiliki kesempatan belajar di sekolah.
Dengan pembagian waktu mulai pukul 8.00 sampai dengan pukul 12.00 magang dan pembelajaran praktek dengan tutor langsung dari orang yang ahli di lapangan. Pukul 13.00 sampai dengan pukul 17.00 belajar intrakurikuler di sekolah, dengan meminjam gedung SD yang sudah ada.
Sedangkan pihak perusahaan mendapat bantuan tenaga kerja yang setelah direview, pekerjaan anak-anak magang jauh lebih baik dari pada kontraktor-kontraktor yang mereka pekerjakan.
Kami mulai memikirkan kelanjutan dari program paket B menjadi paket C yang setara dengan SMA, dengan target anak-anak yang lulus paket C akan bisa melanjutkan pendidikan mereka ke perguruan tinggi.
Harapan tinggal harapan, perguruan tinggi bagi mereka adalah hal yang terlalu tinggi dan sulit dicapai.
Bagaimana kelanjutan mereka? Apa yang bisa mereka perbuat dengan modal ijazah SMA? Sedangkan sarjana saja sulit mencari pekerjaan. Apakah mereka akan terus menjadi buruh kasar? Program magang sudah selesai.
Nah, karena mereka memiliki kualifikasi yang lumayan baik sebagai pegawai dan pekerja magang. Kami mengajukan ke pihak perusahaan untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk menjadi pegawai tetap. Dengan modal ijazah SMA, mereka sudah memiliki kualifikasi sebagai mandor.
Akhirnya dengan penuh perjuangan dan melalui beberapa tes, termasuk tes kesehatan. Ada beberapa yang diterima sebagai mandor di perusahaan tersebut.
Akhirnya saya ingin memperkenalkan perusahaan yang begitu peduli terhadap pendidikan yaitu perusahaan dimana kami mengabdikan diri sebagai guru yaitu PT. RAPP di bawah naungan Royal Golden Eagle (RGE) yang terletak di Pangkalan Kerinci, Riau. Hutan Taman Industri dimana anak-anak melaksanakan kegiatan magang terletak di Kabupaten Pelalawan.
Sekolah yang memberikan fasilitas pendukung adalah Sekolah Global Andalan di bawah Yayasan Kerinci Citra Kasih.
Seorang manajer yang luar biasa yang mendukung kami dengan sepenuh hati, Bapak Jansen Yudianto
Dan pengurus program Paket B dan paket C sampai memberhasilkan anak-anak menjadi mandor adalah Bapak Jefri Wahyudi beserta tim pengajarnya yang luar biasa.
Sebuah pencapaian yang luar biasa, dimulai dari tahun 2015 sampai tahun 2021, angkatan pertama sudah 12 dari 20 anak yang berhasil menjadi karyawan tetap. Dan dua anak berhasil duduk di bangku perkuliahan.
Ternyata membantu orang lain, tidak selalu harus dalam bentuk uang. Dengan keikhlasan hati dalam bekerja, usaha dan doa bisa menghasilkan buah yang luar biasa manis. Kepuasan kami adalah keberhasilan mereka.
**
Pangkalan Kerinci, 03 Agustus 2022
Penulis: Djuwita Ratna
Pendidik | Koordinator 11 Sekolah Hutan Taman Industri Riau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H