Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengurus Persembahyangan di Kantor, Menambah Kebajikan

2 Agustus 2022   18:28 Diperbarui: 2 Agustus 2022   18:36 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab kematian bisa datang kapan saja. Sebelum Parinibbana, Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu yang terbentuk adalah tidak kekal, karena itu berusahalah dengan sungguh-sungguh.

Harta yang berlimpah, rumah yang mewah, dan mobil yang bagus, suatu saat akan ditinggalkan. Sehingga kita tidak boleh sombong terhadap semua yang kita miliki. Dan yang terpenting, tidak melekatinya.

Seorang bhikkhu pernah berkata, bahwa harta bisa dibawa mati. Ingin tahu caranya? Tukarlah harta tersebut dengan kebajikan. Nasehat ini selalu kuingat, dan semoga akan selalu merasuki pikiran, ucapan, dan tindakanku.

Pada hari-hari besar sembahyang, seperti hari bakcang, hari onde, hari kue bulan, hari Kongco se-jit dan hari Imlek, Saya beserta para atasan dan teman-teman melakukan sembahyang.

Pada hari besar Pattidana/ pelimpahan jasa (cioko), kami juga melakukan kebajikan dengan membakar kertas-kertas sembahyang. Juga barang-barang persembahan lainnya, seperti beras, minyak, gula, kopi, air mineral dan barang-barang kebutuhan dapur lainnya.

Tidak lupa juga mendaraskan paritta suci pada saat sembahyang dalam proses pelimpahan jasa. Memberikan kebahagiaan kepada seluruh makhluk hidup.

Ada sebuah kisah lucu, karena suka membantu persembahyangan, saya dianggap memiliki kesaktian. Pernah suatu waktu, karyawan pabrik ingin menebang pohon yang sudah lama di sana. Kebingungan, mereka lantas mengingat saya.

"Pak Agus, apa bisa tolong bacakan doa, agar proses penebangan pohon ini lancar?" tanya salah satu karyawan.

Saya hanya tersenyum dalam hati, karena saya tidak mengerti apa-apa. Akhirnya saya membacakan karaniyametta sutta sebelum pohon di tebang. Isinya tiada lain hanya pemancaran Metta, semoga seluruh mahluk berbahagia, intinya.

Dengan membantu persembahyangan ini, saya akhirnya berlaku sebagai alarm. Atasan-atasan saya (termasuk yang dari luar negeri) mengenal saya sebagai "altar boy" alias anak pengurus altar.

Seluruh karyawan yang beragama Buddha, sering menjadikanku sebagai "jam weker" pengingat hari sembahyang bagi mereka. Saya tidak lantas menjadi angkuh, tanggung jawab tersebut justru saya wujudkan dalam bentuk kebajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun