Saya dilahirkan di dunia ini karena adanya karma baik dari ayah dan ibu saya, sehingga pembalasan jasa sebaik apapun yang saya lakukan belum dapat terbalaskan kepada kedua orang tua saya.
Sejak saya dilahirkan mulai bayi hingga dewasa, mereka telah memberikan kasih sayang dan perhatian yang besar. Mereka berdua bekerja keras sampai larut malam untuk memenuhi permintaan perabot kursi dan tempat tidur, supaya dapur tetap berasap.
Saat saya belajar di tingkat SMP, saya sudah mulai membantu pekerjaan mereka. Saat di SMA, saya sudah mulai mengajar privat les MAFIAÂ (Matematika, Fisia, Kimia), dan Bahasa Inggris.
Nasihat-nasihat mereka yang baik baik, seperti bertindak jujur, kerja keras dan disiplin selalu saya lakukan. Awalnya untuk mengungkapkan sebuah kejujuran itu sangat sulit, yaitu dipenuhi dengan rasa takut, rasa malu dan semua rasa negatif yang bermunculan di pikiran saya.
Kejujuran yang telah saya ungkapkan menjadi sangat ringan dan merasa bahagia di pikiran saya, sebagai contoh saya salah dalam menetapkan harga jual permen di sebuah perusahaan multinasional saya bekerja dulu, salah satu kesalahan yang fatal, sehingga harus dirombak seluruh harga penjualan mulai dari harga pabrik, harga distributor hingga ke harga konsumen.
Pengalaman dengan mengungkapkan kesalahan tersebut dengan jujur dan terbuka didukung oleh semua rekan rekan di perusahaan menjadi sebuah pembelajaran dan bahan ajar yang saya sampaikan kepada anak anak saya, mahasiswa/mahasiswi, dan teman teman saya.
Untuk melanjutkan karir saya, saya akan dipindahkan ke Jakarta, namun permintaan orang tua saya supaya tetap stay di Medan. Awalnya, saya menolak, namun kata ayah saya, "kami bisa sakit karena selalu memikirkan kamu".
Akhirnya saya setuju untuk stay di Medan yang selanjutnya saya juga harus mengundurkan diri dari perusahaan multinasional tersebut. Setelah resign dari perusahaan tersebut, saya mencoba peruntungan sebagai konsultan untuk membereskan pajak, dan juga sebagai dosen di tahun 2004.
Dalam Angutara Nikaya II, 4: Sang Buddha mengatakan ada 4 ladang subur untuk menanam kebajikan di dunia ini, yaitu kepada para Buddha, Arahat, Ibu dan Ayah. Karena dalam dunia ini, jarang kita dapat bertemu dengan para Buddha dan Arahat, maka berbakti kepada kedua orang tua merupakan ladang yang subur yang paling mudah kita dapatkan.
Kita harus dapat merawat orang tua kita, membahagiakan mereka, menjaga nama baik keluarga, menjaga harta warisan yang ditinggalkan, dan apabila mereka telah meninggal, maka lakukan pelimpahan jasa.
Berkat berbakti kepada orang tua, saya diberkahi hidup damai dan bahagia. Saya memiliki karma baik untuk belajar Dhamma dan bertemu dengan teman-teman yang ada di grup Mettasik.
Semoga semua berkembang dan tumbuh dalam Dhamma. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu Sadhu Sadhu.
Profil Penulis
Thomas Sumarsan Goh, lahir di Medan. Pernah bekerja di beberapa perusahaan nasional dan Multinasional. Selain menjadi Konsultan Pajak, juga aktif mengajar dan menulis buku. Menyelesaikan Pendidikan S1 di Bidang Akuntansi, S2 di bidang Manajemen Teknologi dan S3 di bidang Manajemen Keuangan.
**
Medan, 01 Agustus 2022
Penulis: Thomas Sumarsan, Kompasianer Mettasik
Long Life Learning
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H