Salam Mettasik
Berbagi Kebahagian dengan Cara yang Asyik
Jumat, 29 Jul 2022
Menandai waktu sepekan sejak blog competition Mettasik bersama Maybank Finance resmi dimulai. Tema yang dianggit adalah "Perubahan itu Pasti, Kebajikan Harga Mati."
Hingga hari ini, sudah 53 tulisan yang terkumpul di Kompasiana yang berasal dari 39 penulis. Beberapa Kompasianer menyertakan lebih dari satu tulisan. Tentu hal ini tidak melanggar aturan, meskipun pada akhirnya hanya satu tulisan terbaik dari satu penulis yang dianggap sah untuk mengikuti lomba.
Sepekan telah berlalu, begitu banyak manfaat bermakna yang kita dapatkan dari tulisan para peserta lomba.
Suatu hal yang bisa diamini, di zaman yang penuh dengan ketidakpastian ini, perubahan itu pasti terjadi.
Sebagaimana kisah inspiratif yang dialami oleh Kompasianer Sigit Eka Pribadi dalam tulisannya, "Pengalaman kena Gerd hingga diendoskopi" hingga bagaimana perjuangan seorang Yuni Christine dalam kisahnya, "Berkat Kebajikan Mewujudkan Harapan dan Impian Orang dengan Skizofrenia (ODS)."
Namun, itu bukanlah alasan untuk menyerah. Nilai-nilai kebajikan mampu menjadi oase di tengah gurun kehidupan.
Mulai dari hal-hal kecil seperti pengalaman dalam kisah "Percikan Kebaikan di Terminal Cililitan" yang dialami oleh Kompasianer Hennie Triana Oberst, hingga peristiwa besar yang sempat viral dalam kasus "Hadiah Ulos Pinussa dan Rela Menjaga Pohon Mangga Demi Tulang" yang ditulis oleh Gurgur Manurung.
Menandai sebuah kenyataan bahwa setiap insan pasti pernah berinteraksi dengan nilai-nilai kebajikan dalam hidup.
Secara umum para peserta meyakini bahwa kebajikan tidak harus melibatkan banyak orang. Kebajikan berasal dari diri sendiri, seperti senyuman dan sapaan sebagaimana yang dituangkan oleh Ari Budiyanti dalam tulisannya tentang "Kebaikan dalam Senyuman dan Sapaan."
Atau gagasan untuk melihat fenomena batin sebagai sebuah permata. Menjaga dalam diam, itulah konsep yang dituangkan oleh Luna Septalisa dalam tulisannya "Jika Diammu Bernilai Kebaikan, Mengapa Harus Banyak Bicara?"
Beberapa peserta juga memiliki pemahaman yang unik. Kebajikan bukan hanya milik umat manusia saja. Paling tidak gagasan ini telah dituangkan oleh Fatmi Sunarya dalam tulisannya yang berjudul, "Menebarkan Kebajikan untuk Bumi Setiap Hari."
Begitu pula dengan tulisan yang mempromosikan kebajikan terhadap kucing, mahluk kecil yang juga memiliki hak nurani. Kompasianer Muthiah Alhasany menulisnya dengan apik pada artikel "Menyayangi Kucing, Menjaga Keseimbangan Alam."
Kebajikan juga tidak melihat perbedaan. Sebagaimana kisah dari Lesterina Purba tentang "Malaikat Penolong yang Dikenal dan Tidak Dikenal."Â Begitu pula dengan gagasan tentang "Nilai dan Harga Kebajikan Universal" yang ditulis oleh Sucahyo AdiSwasono.
Kebajikan bukanlah sebuah takaran yang rumit, setiap insan yang memiliki Nurani, pasti sudah memahaminya. Bahkan setiap budaya memiliki kearifan lokal terhadap nilai kebajikan. Untuk yang satu ini Kompasianer Fauji Yamin menggoreskannya dalam tulisan "Pak Guru, Menghidupkan Tradisi yang Hilang." Dan karya Arolina Sidauruk dengan judul "Dimulai dari yang Kecil Dulu."
Walaupun begitu, gagasan tentang kebajikan selalu menarik jika diulik dari perspektif yang berbeda.
Ina Tanaya dalam tulisannya, "Perubahan Fundamental yang Membawa Kebajikan" mengajak para peserta untuk menjadi agen perubahan melalui kebajikan. Sementara Tati AjengSaidah mengulik kebajikan dalam bentuk pelestarian tanaman. Sila baca tulisannya yang menarik "Menanam Pohon Kebajikan."
Demikian juga dengan apa yang diutarakan oleh Budi Susilo pada artikelnya yang berjudul "Berbuat Kebajikan Agar Hidup Lebih Baik."Â Dan pesan pada tulisan "Apapun Keadaannya, Tetap Jadi Orang Baik Ya!"Â oleh Anya Prilla Azaria.
Kedua Kompasianer ini mengajak para pembaca untuk berefleksi tentang pentingnya berbuat baik.
Kebajikan juga bukan hal yang sia-sia. Ia adalah hukum tabur tuai, sebagaimana yang dikisahkan oleh Kompasianer Bude Ruri dalam artikel "Tidak Ada Kebaikan yang Sia-sia Semua Pasti Terbalas"Â dan "Omong [Bukan] Kosong Kebajikan" oleh Katedrarajawen. Â Â
Selain itu, ada pula kisah inspiratif dari tokoh dunia. Memberikan makna bahwa manusia akan selalu dikenang melalui kebajikannya. Ada dua tulisan yang mengulik tentang hal ini, yakni "Anne Sullivan: Menabur Cinta dan Kebajikan dalam Keterbatasan" yang ditulis oleh Nina Sulistiati dan "Rumah Kapitan Bagansiapiapi, Menyelami Kebajikan Kapitan Oei Hi Tam" oleh Siska Dewi.
Masih banyak lagi kisah unik, pengalaman pribadi, opini, dan gagasan menarik yang sesuai dengan tema. Tentunya akan menarik jika disimak. Bagi yang ingin membaca tulisan yang telah terkumpul hingga pekan pertama lomba, sila klik di sini.Â
Nah, asyik bukan?
Untuk itu, bagi teman-teman Kompasianer yang belum ikut lomba, jangan tunda lagi. Selain memiliki peluang untuk merebut hadiah yang disponsori oleh Maybank Finance, para penulis juga bisa menambah karma baik dalam kehidupan dengan mempromosikan kebajikan.
Tunggu apa lagi? Yuk nulis!
**
29 Juli 2022
Admin Mettasik
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI