Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Update] Blog Competition Pekan 1, "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati"

29 Juli 2022   06:06 Diperbarui: 4 Agustus 2022   08:10 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Update] Blog Competition Pekan 1 "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati." (kompasiana.com)

Secara umum para peserta meyakini bahwa kebajikan tidak harus melibatkan banyak orang. Kebajikan berasal dari diri sendiri, seperti senyuman dan sapaan sebagaimana yang dituangkan oleh Ari Budiyanti dalam tulisannya tentang "Kebaikan dalam Senyuman dan Sapaan."

Atau gagasan untuk melihat fenomena batin sebagai sebuah permata. Menjaga dalam diam, itulah konsep yang dituangkan oleh Luna Septalisa dalam tulisannya "Jika Diammu Bernilai Kebaikan, Mengapa Harus Banyak Bicara?"

Beberapa peserta juga memiliki pemahaman yang unik. Kebajikan bukan hanya milik umat manusia saja. Paling tidak gagasan ini telah dituangkan oleh Fatmi Sunarya dalam tulisannya yang berjudul, "Menebarkan Kebajikan untuk Bumi Setiap Hari."

Begitu pula dengan tulisan yang mempromosikan kebajikan terhadap kucing, mahluk kecil yang juga memiliki hak nurani. Kompasianer Muthiah Alhasany menulisnya dengan apik pada artikel "Menyayangi Kucing, Menjaga Keseimbangan Alam."

Kebajikan juga tidak melihat perbedaan. Sebagaimana kisah dari Lesterina Purba tentang "Malaikat Penolong yang Dikenal dan Tidak Dikenal." Begitu pula dengan gagasan tentang "Nilai dan Harga Kebajikan Universal" yang ditulis oleh Sucahyo AdiSwasono.

Kebajikan bukanlah sebuah takaran yang rumit, setiap insan yang memiliki Nurani, pasti sudah memahaminya. Bahkan setiap budaya memiliki kearifan lokal terhadap nilai kebajikan. Untuk yang satu ini Kompasianer Fauji Yamin menggoreskannya dalam tulisan "Pak Guru, Menghidupkan Tradisi yang Hilang." Dan karya Arolina Sidauruk dengan judul "Dimulai dari yang Kecil Dulu."

Walaupun begitu, gagasan tentang kebajikan selalu menarik jika diulik dari perspektif yang berbeda.

Ina Tanaya dalam tulisannya, "Perubahan Fundamental yang Membawa Kebajikan" mengajak para peserta untuk menjadi agen perubahan melalui kebajikan. Sementara Tati AjengSaidah mengulik kebajikan dalam bentuk pelestarian tanaman. Sila baca tulisannya yang menarik "Menanam Pohon Kebajikan."

Demikian juga dengan apa yang diutarakan oleh Budi Susilo pada artikelnya yang berjudul "Berbuat Kebajikan Agar Hidup Lebih Baik." Dan pesan pada tulisan "Apapun Keadaannya, Tetap Jadi Orang Baik Ya!" oleh Anya Prilla Azaria.

Kedua Kompasianer ini mengajak para pembaca untuk berefleksi tentang pentingnya berbuat baik.

Kebajikan juga bukan hal yang sia-sia. Ia adalah hukum tabur tuai, sebagaimana yang dikisahkan oleh Kompasianer Bude Ruri dalam artikel "Tidak Ada Kebaikan yang Sia-sia Semua Pasti Terbalas" dan "Omong [Bukan] Kosong Kebajikan" oleh Katedrarajawen.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun