"Kebencian muncul karena seseorang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sudahkah kamu memaafkan orang yang dibenci? Apa arti memaafkan? Apakah kamu sudah memaafkan orang yang melukai hati kamu, tetapi setiap kamu bertemu dengannya rasa benci itu muncul lagi? Jika demikian, berarti kamu belum memaafkannya. Memaafkan dengan tulus itu berarti kamu bisa memaafkan diri kamu sendiri. Maafkankah dengan tulus dan ikhlas. Coba renungkan dan saling mengkoreksi diri masing-masing".Â
Mentari begitu tersentak mendengar ceramah yang membuat dia tersadar. Begitu pula dengan Bayu.
Sejak mendengar ceramah itu, Mentari berusaha merubah penampilannya menjadi lebih rapi, berusaha berdandan walau tipis tipis. Berusaha menjalankan hari-hari sebagai istri yang baik.
Bayu lambat laut melihat perubahan istrinya dan berusaha mengkoreksi diri juga. Bayu sadar Mentari sudah banyak berkorban meninggalkan karirnya yang gemilang demi mengurus anak-anaknya dan juga dirinya.
Suatu hari di Malam Minggu, Bayu mengajak Mentari pergi makan malam berdua saja. Mereka bernostalgia tentang masa muda dahulu sambil tersenyum mengingat kepolosan mereka pada saat itu.
Teringat kembali masa-masa indah yang telah mereka lalui bersama di masa pacaran dulu. Cinta yang lama telah hilang, pelan-pelan telah bersemi kembali.
Bayu menyesal selama ini selalu memandang rendah Mentari, bahkan membanding-bandingkan dengan rekan kerja wanita di kantornya. Bayu sadar selama ini Mentarilah yang bersinar menyinari keluarga kecil mereka.
**
Jakarta, 31 Juli 2022
Penulis: Mustika T, Kompasianer Mettasik
Perajut Hari-Hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H