Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Akar Kejahatan vs 4 Sifat Luhur, Meraih Kebahagiaan Sejati

28 Juli 2022   20:15 Diperbarui: 31 Juli 2022   16:14 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Akar Kejahatan vs 4 sifat luhur (gambar: unsplash.com, diolah pribadi)

Sang Buddha, Guru junjungan kita, mengajarkan bahwa kita harus membebaskan diri kita dari kekotoran batin yang menghalangi kita dalam pencapaian kebahagiaan sejati, yakni pembebasan diri dari penderitaan/pencapaian Nibbana. 

Nah, kekotoran batin kita itu bersumber dari tiga akar kejahatan. Ketiga akar kejahatan tersebut adalah dosa/kebencian, lobha/keserakahan, dan moha/kekeliruan yang harus kita kikis hingga akhirnya kita bisa bebas dari kekotoran batin.

Ketiga akar kejahatan ini kita umpamakan sebagai penyakit-penyakit yang merongrong kesehatan batin kita, dan obat untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut adalah empat sifat luhur, yakni metta/cinta kasih universal, karuna/belas kasih, mudita/turut berbahagia atas kebahagiaan makhluk lain, dan upekkha/keseimbangan batin bahwa setiap makhluk mewarisi perbuatannya sendiri.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pelopor dari ketiga akar kejahatan tersebut adalah pikiran kita sendiri, makanya kita harus mengendalikan pikiran kita dengan sebaik-baiknya.

Sedikit demi sedikit kita berusaha mengikis kekotoran batin kita dengan cara mengembangkan empat sifat luhur tersebut dalam batin kita, memancarkannya kepada semua makhluk tanpa terkecuali, dan mewujudkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam berpikir dengan penuh kesadaran, bertutur kata, dan berperilaku yang baik. Selain itu, kita juga harus menjalankan sila dan melakukan meditasi.

Sebagai manusia, penulis juga tidak luput dari serangan penyakit kekotoran batin ini. Sebagai intermezo, izinkan saya berbagi dengan pembaca tentang pengalaman saya dalam upaya mengikis ketiga akar kejahatan ini.

Saya mencoba menerapkan tuntunan hidup sebagai seorang Buddhis dalam kehidupan sehari-hari, yakni dengan menanam keyakinan kepada Ti Ratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha), mendalami ajaran Sang Buddha (Dhamma), dan menerapkan dhamma secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan keyakinan kita kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Dengan meningkatnya keyakinan kita dan menerapkannya dalam kehidupan kita, disertai dengan meditasi yang bertujuan untuk melepaskan kemelekatan dan meningkatkan kebijaksanaan kita, maka kebahagiaan sejati bisa kita raih.

Saya mulai dari dosa/kebencian, oke?

Untuk mengatasi penyakit dosa/kebencian saya mencoba memancarkan keempat sifat luhur tersebut, terutama cinta kasih, kepada objek yang saya benci, lalu memaafkan objek tersebut.

Selanjutnya mengalihkan pikiran saya dari pikiran negatif menjadi pikiran positif sehingga dari perasaan benci berubah menjadi perasaan cinta kasih terhadap objek tersebut.

Ingatkan pada diri sendiri bahwa batas antara benci dan cinta itu sangat tipis, benar kan? Dan kalau bisa, kita menerapkan hal ini kepada semua makhluk tanpa terkecuali.

Bagaimana dengan lobha/keserakahan?

Untuk penyakit yang satu ini, kita bisa mengikisnya dengan berdana/memberi dan terus memberi sesuai dengan kemampuan kita kepada makhluk lain yang membutuhkan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mempraktekkan Amisa dana (dana kebendaan), Paricaya dana (dana tenaga), Dhamma dana (dana kebenaran), Abhaya dana (dana kehidupan), Sangha dana (dana untuk anggota Sangha), Thavara dana (dana dalam bentuk pembangunan), dan Pattidana (persembahan kebajikan/pelimpahan jasa kepada leluhur), yang semuanya merupakan sumber kebahagiaan dan bekal kebajikan kita kini dan nanti. Teruslah berbuat kebajikan kepada siapapun, kapanpun, dan di manapun.

Dan penyakit terakhir yang harus kita obati adalah moha/kekeliruan.

Untuk penyakit yang satu ini kita bisa memperdalam pengetahuan kita tentang dhamma. Selain dari membaca kitab suci dan buku-buku tentang ajaran Sang Buddha, kita juga bisa pergi ke vihara (wihara) untuk mendengarkan wejangan dhamma dari Bhante atau bisa mengikuti grup chanting secara online yang sekarang lagi ngetren sehingga saddha (keyakinan yang kuat terhadap dhamma) dan kebijaksanaan kita meningkat dari waktu ke waktu.

Marilah kita bersama-sama membebaskan diri kita dari ketiga akar kejahatan demi pencapaian kebahagiaan sejati. Kebahagiaan itu ada dalam diri kita masing-masing, bukan di luar diri kita.

Dengan berbuat kebajikan, kita jadi bermanfaat bagi makhluk lain dan akan merangkul kebahagiaan dalam diri kita. Yakinlah bahwa dengan kemauan yang keras dan keyakinan yang kuat terhadap Ti Ratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha), maka kebijaksanaan kita akan meningkat sehingga jalan menuju kebahagiaan sejati akan terbentang bagi kita. 

Sadhu, sadhu, sadhu.

**

Medan, 28 Juli 2022
Penulis: Tania Salim, Kompasianer Mettasik

Be Grateful! Be Happy! Be Strong!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun