Siapakah, darimanakah dan mau kemanakah AKU ini???
Tiga pertanyaan ini cukup hanya satu jawaban, "ku tak tahu."
Sebagai manusia AKU terbentuk dari empat unsur duniawi.
Tanah, membentuk wajah cantikku lengkap dengan anggota tubuhku.
Air, merah merona mengaliri seluruh pembuluh darahku.
Udara, keluar masuk rongga hidungku demi mengisi bilik paru-paruku, dan
Api, membuat suhu tubuhku menjadi penuh kehangatan.
Lengkaplah sudah syarat menjadi seorang manusia berlabel nama dan rupa.
Namun ketika keempatnya diurai terpisah, maka diri ini tidak lagi utuh menjadi sosok seseorang. Tapi terkadang kita terbuai bangga atas kesempurnaan yang tercipta sehingga timbullah ke "AKU" an, berlumur kilesa.
Kesombongan bertatah di hati dengan tanpa mengerti arti hakiki. Angkuhnya diri merajai sukma. Penuh tanha, lobba, dosa dan moha. Mereka berlomba mengotori pikiran dan menorehkan lukisan kehidupan penuh dukkha.
Haruskah diri ini menjadi begitu bodoh hingga terseret arus nestapa?
Membuang waktu hanya untuk dendam, iri, dan benci?
Setiap detik merajut keburukan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan tanpa henti. Tidakkah kau sadari hidup ini begitu singkat dan terlalu berharga untuk disia-siakan?
Sesungguhnya diri ini begitu rapuh, dia tak pernah henti berkelana dalam Samsara hidup ini, tanpa menyadari semuanya - ANATTA alias TANPA AKU.
Semua tidak lepas dari karma masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Masa depan dibuat saat ini, kalau ingin kehidupan yang akan datang dipenuhi oleh kebahagiaan
Maka ...
Rangkullah kebajikkan di setiap kesempatan, taburi hatimu dengan keikhlasan. Berbalut cinta kasih nan tulus.
Bebaskan diri dari semua bentuk kemelekatan yang ada.
Jangan menunda waktu untuk berdana, melatih diri untuk selalu sadar agar hidup ini menjadi lebih bermakna.
Bekali diri dengan pundi-pundi karma baik sebanyak mungkin.
Agar kita dapat pindah alam menuju pantai seberang dengan tenang dan bahagia.
Semoga semua mahluk hidup berbahagia
**
Jakarta, 28 Juli 2022
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik
"Hidup Cuma Sekali, Harus Dinikmati. Sakit Diobati, Mati Dikremasi"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H