Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Anatta, Siapakah "Aku" Ini? Ku Tak Tahu

26 Juli 2022   19:05 Diperbarui: 26 Juli 2022   20:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anatta, Siapakah Aku ini? Ku Tak Tahu (gambar: Flickr.com, diolah pribadi)

Siapakah, darimanakah dan mau kemanakah AKU ini???

Tiga pertanyaan ini cukup hanya satu jawaban, "ku tak tahu."

Sebagai manusia AKU terbentuk dari empat unsur duniawi.

Tanah, membentuk wajah cantikku lengkap dengan anggota tubuhku.

Air, merah merona mengaliri seluruh pembuluh darahku.

Udara, keluar masuk rongga hidungku demi mengisi bilik paru-paruku, dan

Api, membuat suhu tubuhku menjadi penuh kehangatan.

Lengkaplah sudah syarat menjadi seorang manusia berlabel nama dan rupa.

Namun ketika keempatnya diurai terpisah, maka diri ini tidak lagi utuh menjadi sosok seseorang. Tapi terkadang kita terbuai bangga atas kesempurnaan yang tercipta sehingga timbullah ke "AKU" an, berlumur kilesa.

Kesombongan bertatah di hati dengan tanpa mengerti arti hakiki. Angkuhnya diri merajai sukma. Penuh tanha, lobba, dosa dan moha. Mereka berlomba mengotori pikiran dan menorehkan lukisan kehidupan penuh dukkha.

Haruskah diri ini menjadi begitu bodoh hingga terseret arus nestapa?
Membuang waktu hanya untuk dendam, iri, dan benci?

Setiap detik merajut keburukan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan tanpa henti. Tidakkah kau sadari hidup ini begitu singkat dan terlalu berharga untuk disia-siakan?

Sesungguhnya diri ini begitu rapuh, dia tak pernah henti berkelana dalam Samsara hidup ini, tanpa menyadari semuanya - ANATTA alias TANPA AKU.

Semua tidak lepas dari karma masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Masa depan dibuat saat ini, kalau ingin kehidupan yang akan datang dipenuhi oleh kebahagiaan

Maka ...

Rangkullah kebajikkan di setiap kesempatan, taburi hatimu dengan keikhlasan. Berbalut cinta kasih nan tulus.

Bebaskan diri dari semua bentuk kemelekatan yang ada.

Jangan menunda waktu untuk berdana, melatih diri untuk selalu sadar agar hidup ini menjadi lebih bermakna.

Bekali diri dengan pundi-pundi karma baik sebanyak mungkin.

Agar kita dapat pindah alam menuju pantai seberang dengan tenang dan bahagia.

Semoga semua mahluk hidup berbahagia

**

Jakarta, 28 Juli 2022
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik

"Hidup Cuma Sekali, Harus Dinikmati. Sakit Diobati, Mati Dikremasi"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun