Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjawab Pertanyaan, Untuk Apa Aku Lahir di Dunia?

24 Juli 2022   05:05 Diperbarui: 24 Juli 2022   06:15 3236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk apa aku lahir di dunia? Dalam benak kita umumnya berpendapat bahwa ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang yang sedang putus asa karena terlalu banyak penderitaan dalam kehidupannya.

Apakah pertanyaan itu hanya untuk mereka?

Menurut saya, tidak. Untuk kita yang sudah terlahir di alam manusia dan menjadi salah satu penghuninya, pertanyaan tersebut harusnya juga dilontarkan ke diri kita sendiri. Apalagi saat momen ulang tahun kelahiran.

Mengapa demikian?

Dalam salah satu syair Dhammapada, Sang Buddha mengatakan sangat sulit untuk terlahir menjadi manusia. Karena sangat sulit itulah maka kesempatan baik kita yang sudah terlahir menjadi manusia harus dipergunakan sebaik-baiknya.

Kembali kepada pertanyaan di atas, saya mendapat jawaban yang berbeda dari orang-orang yang berbeda pula.

Menurut papa mama, aku lahir di dunia adalah sebagai bukti cinta kasih mereka dan diharapkan berguna untuk menyokong orang tua dan keluarga.

Menurut kakak, aku lahir di dunia untuk teman bermain dan disayangi, walaupun sering juga jadi tameng ketika disalahkan orang tua sebagai akibat kenakalan masa kecil, dan sasaran kejahilan.

Menurut para dokter, bidan, atau dukun, aku lahir di dunia adalah sebagai sumber penghasilan selain praktik ilmu yang dipelajari.

Dalam Riwayat Hidup Para Buddha, kelahiran sebagai manusia dari Bodhisatva adalah penyempurnaan Paramita dan pencapaian Pencerahan Sempurna menjadi Buddha, yang mengajarkan ajaranNya kepada semua mahluk.

Di momen ulang tahun kelahiran ini, pertanyaan di atas kembali menyeruak di hati. Untuk apa aku lahir di dunia?

Apakah aku sudah menjadi seperti yang diharapkan mendiang mama dan papa?

Apakah aku sudah berguna dan menyokong kakak dan adik?

Apakah aku sudah menjadi kepala rumah tangga yang baik bagi istri dan anakku?

Apakah aku sudah berguna dan tidak menyusahkan orang-orang yang berada di sekelilingku baik dalam pergaulan masyarakat maupun organisasi?

Aku tak bisa menjawabnya sendiri, karena pasti akan sangat subjektif penilaiannya.

Tapi yang aku tahu pasti, aku yang dulu pernah nakal di saat kecil, setelah mengenal ajaran Sang Buddha, perlahan dapat menyadari kenakalan dan berusaha memperbaiki.

Belajar agama Buddha di Vihara dengan bimbingan orang tua asuh yang tidak membedakan anak kandung atau anak orang lain, sehingga dapat memimpin Puja dan menjadi Dhammaduta di berbagai komunitas.

Bertemu dengan pasangan hidup di Vihara, harus berjuang meyakinkan orang tua dan calon mertua tentang ciong besar yang masih dapat dijalani dengan kias dan kebijaksanaan serta perbuatan baik yang ditekadkan bersama.

Bersama dengan istri, mengkondisikan anak menjadi seorang dokter yang siap berbakti pada kemanusiaan, sebagai penebus cita-cita mendiang papa yang mengharapkan anaknya menjadi dokter atau tentara yang belum kesampaian.

Bertemu dengan kalyanamitta yang selalu mendukung dalam melakukan perbuatan baik dan berguna bagi perkembangan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain.

Memberikan pemahaman yang baik kepada orang tua, saudara, dan kerabat untuk terus mengkondisikan perbuatan baik dan kesadaran diri dalam setiap momen peristiwa yang dialami baik dalam suka maupun duka.

Jadi jika ada pertanyaan 'untuk apa aku lahir di dunia?', dengan keyakinan penuh saya akan menjawab:

  • Saya lahir untuk melanjutkan kehidupan menuju pencapaian Kebahagiaan Abadi.
  • Saya lahir di dunia ini untuk menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri dan semua mahluk.
  • Saya lahir di dunia ini untuk menjadi orang yang siap menerima ketuaan, sakit, dan kematian.
  • Saya lahir di dunia ini untuk melaksanakan sebanyak-banyaknya kebaikan sebagai bekal kehidupan selanjutnya.
  • Saya lahir di dunia ini untuk belajar, praktik, dan menjadi Dhamma dengan selalu mencoba sadar setiap saat.

Semoga semua yang terlahir sebagai manusia dapat menjadi mahluk yang luhur sesuai dengan arti dari mano dan ussa, yaitu dapat membedakan mana yang baik dan buruk.

Semoga semua mahluk berbahagia.

**

Tangerang, 24 Juli 2022
Penulis: Sima Budy, Kompasianer Mettasik

Dharmaduta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun