Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berani Move-on Tidak Seperti Itu

20 Juli 2022   10:17 Diperbarui: 20 Juli 2022   10:17 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berani Move-on itu Tidak Seperti Itu (gambar: istockphoto.com, diolah pribadi)

Dhammapada XII [Attavagga] 9:165

dokpri, Dhammapada XII [Attavagga] 9:165
dokpri, Dhammapada XII [Attavagga] 9:165

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan membahas tentang move on yang merupakan serapan Bahasa Inggris yang berarti 'pindah', namun pada saat ini, saya mengartikan bukan dalam arti pindah atau berpindah ke lain hati atau kaitannya dengan percintaan. 

Dan sesungguhnya tidak selalu masalah percintaan, akan tetapi berhubungan dengan pengalaman kita atau kehidupan kita, berpindah dari sesuatu yang negatif; yang tidak baik menuju hal yang baik atau positif. Berpindah dari suatu pemahaman yang tidak baik, tidak benar, bahkan bisa menyesatkan menuju pemahaman yang baik, yang benar, dan membawa ke Jalan Kebenaran.

Bukan pula sebuah proses melupakan, tetapi berbaikan dengan masa lalu, berbaikan dengan semua ingatan dan kenangan yang terjadi. Karena jika kita berusaha untuk melupakan, malah semakin datang bertubi-tubi kenangan tersebut, sehingga membuat kita sengsara, kecewa, bahkan lebih berat lagi. 

Akhirnya tidak berlaku yang namanya melepas; All is well: semuanya baik-baik saja. Jadi berbaikan bisa membuat kita mudah melepas ... hingga tuntas ...

Move on bukan pula untuk membalas dendam, karena balas dendam bukan kunci keberhasilan. Jangan sekali-kali muncul dalam pemikiran atau keinginan untuk balas dendam, karena orang lain lebih baik, lebih pintar, bahkan lebih terkenal. Perbuatan seperti itu tidak baik, tidak berguna, dan tidak bermanfaat. 

Jika kita memelihara kebencian akan membuat hidup kita tidak aman dan nyaman, karena semakin diingat, semakin muncul, dan semakin besar, pekat serta berat pula kebencian itu. Pada akhirnya bisa menjerumuskan kita dan terjerembab jatuh hingga terlahir ke alam-alam rendah yang jauh dari kebahagiaan. Waspadalah .....

Seperti yang diuraikan dalam Aguttara Nikya 4.85 Tamotama Sutta: 'datang gelap pergi terang' artinya jika kita menyadari bahwa kita merupakan orang yang serba kurang, serba tidak bermutu atau serba tidak ada yang bisa dianggap maupun diharap atau nilai kita di bawah rata-rata, maka kita harus move on, bagaimana kita bisa melewati atau bebas dari keadaan atau kondisi awal ... malah jatuh terpuruk.

Akan tetapi, sebelum daya upaya atau usaha yang kita lakukan di atas, maka cara kita untuk move on adalah dengan bisa menerima kenyataan. Seperti dalam kondisi sakit, mengalami stroke ringan atau penyakit apa pun, semakin berat, dan sulit bahkan dalam finansial karena harus berobat ke sana maupun ke mana-mana, berjalan repot, pakai tongkat lagi, dan peluang semakin sempit. 

Tetapi ketika mengalaminya, harusnya dari awal tidak dimulai dengan bersedih, kecewa, dan menangis, tetapi tetap tenang dan menikmati ... bukan meratap. Istilah lainnya 'bersahabat dengan penyakit'. Ini kenyataan, ini fakta, ini realita, bukan mimpi. Harus dialami, harus diterima, bahkan harus dinikmati ...  

Membuka diri, bukan menutup diri, tidak mau berbicara, tidak mau bergaul atau malu. Ini tindakan yang tidak baik, karena kita akan terperosok semakin dalam dengan masalah, keadaan/kondisi atau penyakit kita. Dengan banyak bergaul, apalagi dengan orang bijaksana 'pandita ca sevana' tentu kita bisa mendapat bimbingan, arahan, dan nasihat yang berguna. 

Yang Maha Suci Buddha Gotama menyatakan dalam Dhammapada VI [Paita Vagga] 3:78 dan 1:76 bahwa hendaknya bergaul dengan sahabat baik dan orang berbudi luhur. Karena bergaul dengan orang baik, berbudi luhur, dan bijaksana seperti orang yang menunjukkan tempat harta karun disimpan.

Enjoy your life, manfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Mumpung masih hidup, mumpung masih bisa, dan mumpung masih punya dana ... silahkan berdana untuk perkembangan Buddhadhamma, kebajikan lainnya, dan tentunya mumpung masih di dunia. Bukan berapa yang didanakan, tetapi seberapa yang mampu, bukan ada apanya, tetapi apa adanya ...

Hidup berkesadaran perlu kita biasakan, sehingga menjadi budaya. Jika menjadi budaya, maka akan menepis lupa artinya akan menjadi tidak pelupa, ingatan semakin bagus. Ini berkat melatih hidup berkesadaran. Latihlah ... terus-menerus ... dan sesering mungkin.

Sebagai umat Buddha wajar menyempatkan diri ke Vihra ikut pujabhatti [berpakaianlah yang pantas untuk ke Vihra, alangkah baik jika membiasakan menggunakan putih-putih, jika para pandita dan upacarika tentu sudah memiliki seragam khusus], ikut berdana pagi dan siang jika ada bhikkhu yang piapatta, ikut pujabhatti pada hari-hari yang telah ditentukan, SPD (Sebulan Penghayatan Dhamma) maupun kegiatan lainya baik di Vihra maupun di tempat lain. 

Dalam pujabhatti atau sedang sharing Dhamma, maka dengar, dan perhatikanlah, bukan melakukan kegiatan lain, seperti bisik-bisik/berbicara, menggunakan HP untuk hal lain, bersandar, mengantuk, duduk tidak sopan, dan lain sebagainya. Persiapkan diri dengan baik, benar, serius, dan penuh perhatian agar move on dengan baik bahkan bisa menjadi sempurna.

Selanjutnya let it go, melepaslah -- tidak perlu terlalu melekat -- tidak perlu pegang terlalu erat. Pada saatnya kita harus melepas ya ... lepaskanlah ... bukan berarti tidak boleh memiliki keinginan, namun berkeinginanlah yang wajar-- tidak berkelebihan-- tidak terlalu ekstrim maupun berfoya-foya mengikuti perjalanan keinginan yang akan semakin jauh. 

Kita harus bisa mengontrol diri kita terutama hawa nafsu atau nafsu indria yang muncul dari apa yang dihirup, dari apa yang dilihat, dari apa yang didengar, dari apa yang kecap atau rasa, dari apa yang disentuh, dan dari apa yang diingat. Jika keinginan dimaui terus-menerus ... maka bisa lupa diri dan membahayakan.

Berani move on? Bagus ... Ciaaa Yooo ...

Demikian paparan ini, apa yang telah disampaikan yang sesuai dengan Dhamma nan mulia laksanakanlah mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil, dan mulailah dari sekarang.

Semoga bermanfaat.

**

Medan, 20 Agustus 2022
Penulis: Rudi Hardjon Lin Dhammaraja, Kompasianer Mettasik

Praktisi Pendidikan | Dhammaduta | Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun