Empat proses menuju peristirahatan terakhir kemudian mencerminkan konsep ini. Mereka yang dikebumikan pada akhirnya harus sadar bahwa tubuhnya akan rusak dimakan belatung, yang diarungi ke laut akan dimakan ikan, yang dikremasi, akan hangus terbakar. Semuanya musnah tak berbentuk lagi.
Dengan demikian, berdasarkan kepercayaan agama Buddha, dengan menyadari bahwa rupa (jasmani) tidaklah kekal, maka seseorang akan sangat terbantu dalam proses punarbahya (lahir kembali).
Oleh karena itu, kremasi bukanlah kewajiban, ia hanyalah pilihan.
Tentu saja pertimbangan faktor sosial lainnya juga mempengaruhi, seperti keterbatasan lahan, mahalnya tanah kuburan, atau repotnya anggota keluarga yang harus mengurusi pemakaman.
Tidak ada yang harus atau wajib bagi agama Buddha, semuanya adalah pilihan. Yang terpenting adalah kesadaran diri demi kemajuan batin setiap individu. Bukan, apa kata orang.
Semoga semua makhluk hidup Berbahagia. Sadhu. (STD).
**
Tangerang, 19 Juli 2022
Penulis: Setia Darma, Kompasianer Mettasik
Dharmaduta | Penulis |Dosen | Trainer | Pensiunan ASN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H