Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bakti Kepada Leluhur, Apa Makna dan Manfaatnya

2 Juli 2022   21:01 Diperbarui: 2 Juli 2022   21:10 2698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakti Kepada Leluhur, Apa Makna dan Manfaatnya? (gambar: realhomes.com, diolah pribadi)

Saya merenung, kenapa kita harus berbakti kepada leluhur? Tentu saja tanpa leluhur, Kita tidak akan terlahir di dunia ini.

Dahulu dengan ilmu kedokteran yang belum secanggih sekarang, mama dengan susah payah melahirkan kita. 

Mama saya sering berkata, "Melahirkan itu ibarat sedang merangkak di samping peti mati". Intinya kalo bisa melewatinya, sang mama dan bayi akan selamat, tetapi kalo tidak bisa melewatinya, maka siap-siap menghuni peti mati.

Itulah besarnya pengorbanan seorang mama buat anaknya, sampai rela mempertaruhkan nyawa.

Bukan mama saja yang berjasa, papa juga. Mereka bekerja siang malam, membanting tulang buat kesejahteraan keluarga.

Bagaimana dengan orang tua dari papa mama kita yang kita sebut sebagai leluhur?  Tentu saja mereka juga sangat berjasa, telah mempertaruhkan nyawa, waktu dan tenaga tentunya buat orang tua kita.

Atas alasan inilah kita wajib berbakti kepada leluhur kita. Jadilah orang yang berbudi pekerti. Bukan hanya kepada leluhur saja, tapi kepada semua mahkluk.

Saya pernah tanya kepada papa, "kenapa kita nggak makan daging sapi?"

Jawaban papa sederhana, "waktu bayi, kita sudah minum susunya, masa sudah besar, masih mau makan dagingnya?"

Meski tidak ada larangan buat makan daging sapi tentunya, tapi papa mengajari seperti itu. Mungkin ini cara papa mendidik saya, supaya menjadi orang yang berbudi.

Berbakti kepada orang tua dan para leluhur kita adalah dasar moralitas dan karakter yang mulia.

Sebagai umat buddhis, bakti kepada leluhur bisa berupa:

Yang Pertama, menjaga nama baik keluarga

Sebagaimana kata pepatah; "Gajah pergi meninggalkan gading, manusia berpulang meninggalkan nama.  Setelah meninggalkan dunia ini, kita tidak meninggalkan apa-apa selain nama baik. Karena itu jagalah baik-baik nama keluarga kita dengan cara menjalankan Pancasila Buddhis antara lain:

  • Melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
  • Melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
  • Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.
  • Melatih diri untuk menghindari ucapan yang tidak benar dan tidak tepat.
  • Melatih diri untuk menghindari segala minuman dan makanan yang dapat membuat kesadaran lemah.

Yang kedua, menghormati dan memberi sentuhan sayang kepada orang tua.

Menurut kong-zi, banyak orang mengira dengan memberi makan kepada orangtua sudah dianggap berbakti padahal peliharaan di rumah seperti anjing, ayam, kelinci, dan lain-lain juga perlu diberi makan setiap hari.

Jadi merawat orang tua bukan sekedar memberi makan saja, tapi rawatlah orang tua kita dengan kasih sayang dan hati yang tulus. Ingatlah!  Apa yang kita tidak ingin anak kita lakukan kepada kita, janganlah lakukan pada orang tua kita. Sebab anak-anak kita selalu mencontoh prilaku kita.

Yang ketiga, menjaga kesehatan juga adalah bentuk bakti kepada leluhur.     

Janganlah membuat orangtua kuatir akan kesehatan kita. Semua orangtua di dunia ini ingin anaknya mandiri dan mampu merawat dirinya sendiri, termasuk menjaga kesehatannya sendiri. Orangtua selalu diam-diam mendoakan yang terbaik buat anaknya. Dengan menjaga kesehatan, kita baru bisa menjaga orangtua kita tentunya.

Yang Keempat, menjaga kerukunan keluarga.

Semua orangtua senang melihat anaknya bahagia. Bila rumah tangga anaknya kacau, ini akan membuat orangtua sedih. Melihat anak-anaknya akur, ini menjadi kebahagiaan tersendiri buat orangtua. Makanya wahai para anak, jagalah kerukunan bukan hanya dalam rumah tangga dan keluarga, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.

Yang kelima, membantu menyelesaikan masalah orangtua.

Tentu saja sebagai manusia, orangtua kita juga tidak lepas dari masalah. Sebagai anak yang baik, kita wajib membantu orangtua menyelesaikan masalahnya. Mari kita meringankan beban orang tua kita yang telah banyak berjasa buat kita.

Dan masih banyak cara lagi.

Bagaimana kalo orang tua kita sudah tidak ada di dunia ini, dalam arti sudah meninggal? Dalam Tirokudda Sutta, Sang Buddha mengatakan pasti ada sanak keluarga dari masa lalu yang lahir di alam menderita.

Oleh karena itu kita bisa memberi perhatian dalam bentuk pelimpahan jasa. Supaya leluhur kita terbebas dari alam penderitaan dan bisa terlahir kembali di alam bahagia.

Kita tidak perlu mengadakan acara besar di dalam melakukan pelimpahan jasa ini. Bahkan di rumah pun juga bisa membaca paritta. Memberikan pelimpahan jasa buat leluhur kita, setelah selesai berbuat kebajikan sekecil apapun.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering terbalik, melakukan persembahan kepada leluhur dengan niat meminta leluhur memberkati kita. Padahal yang benar adalah mendoakan agar karma baik para leluhur kita dapat berbuah.

Bagaimana sistem perlimpahan jasa ini bekerja?

Setelah melakukan perbuatan baik, kita bisa beraspirasi bahwa perbuatan baik yang kita lakukan ini atas nama leluhur agar mereka berbahagia.

Leluhur yang mengetahui tindakan kita akan ikut berbahagia, dengan batin mereka yang bahagia, kita berharap leluhur kita bisa terlahir di alam yang lebih baik.

Refleksi diri

Ada pepatah yang berbunyi: "Orangtua bisa menghidupi sepuluh anak, tapi sepuluh anak belum tentu bisa merawat orangtuanya.

Jujur saya sedih kalo mendengar pepatah diatas. Di dalam kehidupan sehari-hari kasus seperti ini jumlahnya tidak sedikit.

Kadang saya mempertanyakan," kenapa ini bisa terjadi? Apakah anak yang salah? Apakah orangtua yang salah?  Kenapa anak bisa begitu tega sama orang tuanya sendiri? Apakah pada jaman dahulu kala, orangtuanya yang memberi contoh seperti itu? Siapa yang salah kalo semua ini terjadi?" Hmmmm...

Berbahagialah saya karena mendapatkan orang tua yang selalu memberi contoh yang baik buat saya.

Saya jadi ingat ajaran Sang Guru ;

"Anak-anak kita itu seperti tumbuhan merambat, mereka akan merambat ke pohon yang paling dekat."

Sebagai orangtua, kita sebaiknya memberi contoh yang baik bagi anak-anak kita supaya bentuknya indah.

Sadhu...Semoga semua makhluk berbahagia.

**

Jakarta, 2 Juli 2022
Penulis: Lisa Tunas, Kompasianer Mettasik
"A Loving Mom who Learns Writing"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun