Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sedang Apa, Sedang Apa, Sedang Apaaa Sekaranggg

28 Juni 2022   03:45 Diperbarui: 11 Agustus 2022   12:03 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mettasik, dokpri, chuang bali

Pada sekitar tahun 1980-an, ketika youtube dan media sosial mungkin masih berupa imajinasi dari penciptanya, di Indonesia pernah populer kaset-kaset yang berisi narasi cerita rakyat atau dongeng kenamaan dunia. Rekaman itu dibuat dalam bentuk sandiwara, bukan dalam bentuk buku audio seperti yang kita kenal: ada peradeganan, dialog, musik dan lagu, dan efek khusus yang semuanya dalam format audio. 

Saat itu rumah produksi yang paling populer sehingga nyaris menjadi nama generik untuk menyebut jenis kaset ini adalah Sanggar Cerita. Tapi selain produksi Sanggar Cerita, kaset berupa rekaman sandiwara ini juga diproduksi oleh rumah produksi yang terkenal dengan pertunjukan panggung boneka tiap minggu di TVRI. Siapa lagi kalau bukan Panggung Boneka Si Unyil. Jadi, Si Unyil pun punya versi kaset audionya selain secara rutin tampil di TVRI.

Nah, saya masih ingat salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Si Unyil dan kawan-kawannya pada salah satu seri sandiwara Si Unyil berbasis rekaman kaset audio itu, yang mana isinya memang berupa campuran antara nyanyian dan cerita.

Alkisah Si Unyil dan kawan-kawan sedang pergi berkemah, lalu pada malam hari mereka menyalakan api unggun dan duduk melingkar mengitarinya sambil mengadakan permainan dan  menyanyikan lagu ini. Saya lupa intro-nya seperti apa, tetapi salah satu bagian yang dulu saya pahami sekadar sebagai lagu permainan saja namun kini memiliki arti yang lebih dalam, masih saya ingat sampai sekarang. Bagian ini rupanya adalah bagian dialog berbentuk lagu, antara si penanya dengan yang ditanya, seperti ini:

Penanya: Sedang apa, sedang apa, sedang apaaaa sekarangg...?

Penjawab (menjawab sesuai dengan apa yang sedang dilakukan): Sedang makan, sedang makan, sedang makaaan sekaranggg...

Penanya: Makan apa, makan apa, makaaan apaaa sekaranggg....

Penjawab: Makan nasi, makan nasiii, makan nasiii sekaranggg...

Ketika teringat pada lagu itu, tiba-tiba saya sadar bahwa siapa pun yang menciptakannya, dia atau mereka sadar atau tidak telah menjadikan instruksi praktik sati (perhatian penuh) menjadi sebuah lagu.

Sati atau perhatian penuh, adalah salah satu faktor mental atau cetasika sobhana (indah) yang menjadi landasan bagi pikiran kusala (terampil, positif) yang amat direkomendasikan untuk dikembangkan oleh para Buddhis serta, dan semestinya, oleh siapa pun makhluk hidup berkesadaran. 

Itu karena dengan sati yang terampil kita bisa mencegah munculnya dan mengikis kilesa atau kotoran batin sedikit demi sedikit yang pada akhirnya, melalui penembusan pamungkas, benar-henar memotong tuntas semua belenggu yang membelit kita ke roda Samsara (siklus lahir-mati yang bisa saja tanpa akhir). Sati adalah “alat” yang kita pakai saat melakukan pengupayaan benar, yang rumusnya sebagai berikut:

  1. Menghentikan kemunculan kondisi batin tidak baik yang telah muncul
  2. Mencegah kemunculan kondisi batin tidak baik yang belum muncul
  3. Mengembangkan kemunculan kondisi batin baik yang telah muncul
  4. Memunculkan kondisi batin baik yang belum muncul

Seperti lagu yang dinyanyikan Si Unyil dan kawan-kawan itu, mengembangkan sati sebenarnya tidak memerlukan instruksi yang rumit. Cukup selalu ingat untuk menyadari apa yang pada momen kini sedang kita lakukan:

Tanya sendiri: Sedang apaaaa.....sedang apaaaa.... sedang apaaaa sekaraaaaang...?

Jawab sendiri: Sedang bacaaa.... sedang bacaaa....sedang bacaa...sekaraangg....

Tanya sendiri: Bacaaa apaaa....bacaaa apaaa.....bacaaa apaaaa...sekaraangg....

Jawab sendiri: Bacaaa artikelnya Chuaaang....bacaa artikelnya Chuaangg...di Kompasianaa sekaraaaang....

Tanya sendiri: Kompasianaaa....kompasianaa...kompasianaa....apaaa....sekaranggg...

Jawab sendiri: Kompasianeeerr....Kompasianeerr Mettasikkkk....sekaraaaangg....

Ketika sati hadir sebagai faktor mental sobhana (indah) , maka pada momen batin saat itu tidak mungkin muncul kotoran batin seperti lobha dan kawan-kawannya yang secara global kita bisa sebut ringkas sebagai kilesa

Itu karena batin ibaratnya ruang kosong yang di tengah-tenagahnya ada sebuah bangku, yang pada setiap momen hanya ada satu jenis pikiran atau kondisi mental yang bisa “duduk” di bangku tersebut. Bila sati sudah “duduk” di sana, maka lobha atau dosa yang belum muncul tidak bisa duduk, dan yang sudah muncul cepat-cepat minggat. 

Kuncinya ada pada kecepatan kita mengetahui dan menyadari kita sedang apa sekarang, dan hal ini memerlukan pembiasaan melalui latihan yang didasari tekad kuat serta konsistensi ketabahan untuk tidak tergoda atau goyah oleh godaan jalan sesat papanca, yakni jalan sesat membiarkan batin meliar dan merentet jauh dari satu hal ke hal berikutnya hingga kita jadi overthinking dan bingung-bingung sendiri, gila-gila sendiri, cemas-cemas sendiri....

Senyum-senyum sendiri....Iya, murah senyum itu sih baik, ketimbang tampang kecut masam bertekuk lima. Tapi kalau sering senyum-senyum sendiri tanpa sebab, itu sih....Apa????

Ingaaa....Ingaaa....Sedang Apa Sekaraaaang?


**

Denpasar, 28 Juni 2022
Penulis: Chuang Bali, Kompasianer Mettasik

mettasik, dokpri, chuang bali
mettasik, dokpri, chuang bali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun