Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Orbituari Sang Cemara di Halaman Rumah

21 Juni 2022   06:48 Diperbarui: 21 Juni 2022   06:58 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orbituari Sang Cemara di Halaman Rumah (gambar: treehugger.com, diolah pribadi)

Suatu hari suasana rumah itu dirundung duka. dokter Surya, sang ayah meninggal karena terkena covid. Memang dokter Surya ini bertugas merawat pasien covid di rumah sakit tempat ia bekerja.

Sang cemara sudah lama tidak melihat dokter Surya, rupanya dokter Surya diisolasi di rumah sakit dan kemudian meninggal. Sang cemara pun tidak pernah bertemu dokter Surya lagi.

Sejak berpulangnya dokter Surya, Kinan hanya tinggal bersama si bungsu Bima. Untuk mengobati luka kesedihan sejak ditinggal suaminya, Kinan rajin bermeditasi cinta kasih. Bima yang mengajarkan Kinan teknik-teknik meditasi Cinta kasih.

Bima memang rajin bermeditasi cinta kasih sejak masih kuliah. Bima sering mengikuti retret yang diadakan oleh Vihara atau Organisasi Buddhis di Kampusnya dulu. Sang cemara bisa merasakan cinta kasih yang dipancarkan oleh Bima saat bermeditasi. Sekarang malah sang cemara juga merasakan cinta kasih yang dipancarkan oleh Kinan.

Tahun berganti tahun, musim berganti musim. Kini Kinan sudah mulai sakit-sakitan. Usia Kinan tidak muda lagi. Bima sudah menikah dan dikaruniai dua anak yang lucu. Bima dan keluarga kecilnya masih tinggal di rumah itu. Tak lama kemudian Kinan pun meninggal karena sakitnya.

Sang cemara sangat sedih dengan kepergian Kinan. Masih teringat ketika Kinan memasukkan sang cemara ke dalam mobil dari tukang pohon dan kemudian menanamnya di depan rumah bersama kedua anaknya.

Sang cemara sudah semakin tinggi. Daunnya tidak sesegar dulu lagi. Sang cemara sudah melihat banyak kejadian yang terjadi di sekitar tempat ia tumbuh. Ada kelahiran, usia tua, sakit dan mati sudah pernah ia lihat.

Sang cemara sendiri pun tak jarang diterjang angin kencang, kadang kehujanan bahkan panas matahari yang menyinari. Bahagia dan Sedih datang silih berganti. Sang cemara sadar bahwa hidup itu selalu berubah. Perubahan demi perubahan sudah dilihat dan dialami sang cemara. Kini batang sang cemara sudah mulai mengering. Sang cemara pun pergi meninggalkan alam ini.

**

Jakarta, 21 Juni 2022
Penulis: Mustika T untuk Grup Penulis Mettasik

dokpri, mettasik, mustika t
dokpri, mettasik, mustika t

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun