Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perbedaan Tumimbal Lahir dengan Reinkarnasi Menurut Agama Buddha

17 Juni 2022   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2022   17:32 5945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbedaan Tumimbal Lahir dengan Reinkarnasi Menurut Agama Buddha (kompas.com, diolah pribadi)

Seorang teman bercerita bahwa dia merasa lahir kembali. Saya menjadi penasaran apa yang dimaksud "lahir kembali" menurutnya. Ternyata yang bersangkutan merasa bahwa dia lahir kembali dari orang yang menjengkelkan dan menyusahkan orang lain, menjadi orang yang baik dan alim.

Tetapi yang akan kita bahas kali ini adalah bukan kelahiran kembali seperti yang dimaksud teman saya, melainkan kelahiran kembali setelah kematian seseorang.

Dalam artikel Mettasik 1 Juni 2022 berjudul Ibu Bumi dan Tumimbal Lahir, Lestarikan Bumi dengan Cara Egois, rekan Chuang Bali sudah menyinggung tentang  ajaran Sang Buddha tentang kelahiran kembali atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tumimbal Lahir atau Punnabhava dalam bahasa Pali.

Ijinkan saya memperjelas konsep dan perbedaan antara tumimbal lahir menurut Buddhisme dengan reinkarnasi secara umum.

Dalam bukunya yang berjudul Intisari  Ajaran Buddha, Pandita S. Widyadharma menjelaskan dengan rumus Matematika untuk paham Attavada (paham bahwa roh adalah kekal abadi) yaitu:

  1.  A + p = p + A, dimana A adalah atma/roh, sedangkan p adalah pengalaman hidup.
  2. (A + p) + p1 = A + p + p1, dimana p adalah pengalaman hidup di kehidupan ke 2, sedangkan p1 adalah pengalaman hidup di kehidupan pertama.
  3. (A + p + p1) + p2 = A + p + p1 + p2, 

Dan seterusnya.

Beliau juga menjelaskan tentang rumus Matematika untuk paham Anatta, sebagai berikut:

  1. A + p   = B
  2. B + p1 = C
  3. C + p2 = D

Dan seterusnya.

Untuk lebih memahami rumus Matematika dalam paham Attavada yang digunakan untuk menjelaskan reinkarnasi, kita dapat mengambil contoh sebagai berikut:

  1. Dalam sebuah gelas, diletakkan sebongkah batu. Kemudian gelas itu diisi dengan air. Batu diibaratkan A atau atma/roh, sedangkan gelas adalah badan jasmani. Air adalah pengalaman hidup saat itu.
  2. Ketika gelasnya retak, maka diambillah mangkuk untuk memindahkan batu dan air yang ada di dalam gelas tersebut. Kemudian dituangkan lagi air baru ke dalam larutan batu tersebut. Batu itu adalah atma/roh yang kekal, air yang di dalam gelas adalah pengalaman hidup sebelumnya, sedangkan air baru adalah pengalaman hidup di kehidupan yang baru dengan badan jasmani baru berupa mangkuk.

Dalam konsep reinkarnasi, roh adalah kekal. Roh berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya dengan jasmani  atau rupa yang berbeda.

Proses tumimbal lahir dalam Buddhisme yang menganut paham Anatta (tanpa atma/roh yang kekal abadi) dapat disimak dari contoh berikut ini:

  1. Kopi + Air = Kopi Pahit
  2. Kopi Pahit + Gula = Kopi Manis
  3. Kopi Manis + Susu = Kopi Susu

Kopi diibaratkan sebagai bagian dari nama khanda (kelompok batin) yaitu kesadaran yang bertumimbal lahir, sedangkan air adalah pengalaman hidup di kehidupan pertama, gula adalah pengalaman hidup di kehidupan kedua, dan susu adalah pengalaman hidup di kehidupan ketiga.

Dalam agama Buddha, ajaran tumimbal lahir didasarkan pada pencapaian Sang Buddha Gotama sendiri saat purnamasidhi di bulan Waisak. Pada tahun 588 SM. Saat itu beliau dapat melihat kehidupan lampau diriNya, bahkan juga kelahiran lampau mahluk-mahluk lainnya.

Kesadaran penerusan atau Patisandhi Vinnana inilah yang bertumimbal lahir setelah kematian seseorang atau mahluk hidup. Jadi bukan rohnya yang berpindah setelah kematian seperti konsep reinkarnasi.

Kehidupan seseorang tidaklah berakhir dengan kematian.

Sesuai dengan kammanya, setelah meninggal dunia seseorang akan terlahir kembali di salah satu alam kehidupan oleh kekuatan kammanya.

Pembelajaran dari tumimbal lahir inilah yang dapat menjawab mengapa kelahiran dan kehidupan kita berbeda satu dengan lainnya, karena kita mewarisi karma kita sendiri.

Jadi, kalau anda merasa sekarang kurang bahagia, tanamlah benih-benih kebajikan sehingga kelak anda akan menjadi insan yang lebih bahagia di kelahiran berikutnya, bahkan dalam hidup ini pun buah-buah kebahagiaan akan sering anda petik.

Semoga semua mahluk yang berada di seluruh alam semesta hidup berbahagia.

**

Referensi: Satu, Dua

**

Tangerang, 17 Juni 2022
Penulis: Sima Budy untuk Grup Penulis Mettasik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun