Ketika kita masih kecil sewaktu duduk di sekolah dasar, seringkali para guru didik akan bertanya: "Kamu kalau sudah besar mau jadi apa? Apa cita-cita kamu?"
Lantas para murid akan menjawab berbagai macam jawaban seperti ingin menjadi guru, dokter, pengacara, penyanyi, bahkan ada yang bercita-cita sebagai presiden.
Itu sah-sah saja meskipun mereka tidak tahu apa itu profesi yang mereka impikan. Mereka semua akan memberi jawaban berdasarkan profesi orang tua, kakak tertua, atau bahkan dari apa yang mereka tonton atau dengar.
Setelah kita dewasa, kita akan merasakan apa itu tujuan hidup ini. Terutama jika kita telah menyelesaikan jenjang pendidikan yang cukup tinggi dan mulai bekerja.
Dari sini banyak yang akan menjalankan kehidupan dengan mencari pasangan. Lalu jika mereka telah siap maka kelak ingin mendapatkan momongan. Rasanya rerata manusia memilih hidup seperti ini di dunia.
Apa pun yang kita jalani dan kita jadikan tujuan hidup sudah pasti untuk mencapai kebahagiaan. Jika kebahagiaan sudah diraih maka kita akan berusaha untuk mempertahankan dan memperpanjang masa kebahagiaan. Lalu kita akan mencari dan berusaha untuk menambah kebahagiaan.
Kalau saja kebahagiaan yang diraih sesuai dengan keinginan maka hal tersebut terlihat mudah. Namun beberapa orang akan mengalami kesulitan untuk mencapai kebahagiaan yang diimpikan. Apalagi untuk melanjutkan kehidupan ini sebagai manusia akan terasa sulit jika tidak ada kondisi yang mendukung.
Ada satu hal ketika kita usahakan maka kita bisa meraih hal-hal yang mendukung ke arah pencapaian kebahagiaan. Hal itu adalah usaha keras yang penuh dengan kegigihan dan semangat tanpa lelah.
Di dalam Dhammapada Atthakatha ada satu kisah hidup yang memberikan kita inspirasi tentang bagaimana menghadapi kehidupan yang sangat tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kisah itu adalah kisah Patacara Theri.
Patacara adalah seorang gadis cantik yang terlahir di keluarga kaya raya di kota Savatthi. Kedua orang tuanya selalu menjaga Patacara dengan ketat dari para pria. Hingga suatu hari Patacara pergi meninggalkan rumah bersama seorang pria yang dia cintai. Pria itu adalah pelayan keluarga. Mereka jatuh cinta dan mengetahui bahwa hubungan mereka pasti akan ditentang oleh orang tua Patacara karena pria tersebut adalah seorang yang miskin.