"Bisnis apa ya? Jasa laundry, laku enggak ya? celutuk seorang pelanggan.
"Serius? Mau coba? Orderan dari sini, kamu yang jalanin," ajak pemilik warung.
Sri langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang.
Padahal ia hanya seorang pencuci baju rumahan tanpa dibekali pengetahuan mengelola jasa laundry. Tekad dan niat mematahkan semua pikiran negatif. Bermula dari nol pengetahuan, Sri merangkak menaiki anak tangga.
Sri kuat membawa berkilo-kilo baju cucian mengandalkan sebuah motor bebek setia yang mendampinginya selama bertahun. Pernah ia terlihat membawa 200 kg baju cucian dalam satu kali perjalanan. Luar biasa. Wanita Perkasa.
Ketika orang-orang sedang asyik berjalan di mal, Sri bergelut dengan bau keringat yang menempel di baju para pelanggannya.
Pelanggan dengan mudah menuduh dan mencaci cucian mereka hilang atau sobek karena tidak ditangani dengan benar.
"Mana baju Chanel saya? Kemarin saya laundry, kenapa takada dalam cucian yang dikembalikan ini? Itu baju mahal. Branded. Saya tidak mau tahu. Kamu harus ganti," salah satu pelanggan berprofesi penyanyi memaki-maki.
Padahal dalam syarat dan kondisi sudah tertulis. Barang bermerek sebaiknya dicuci satuan tidak kiloan. Kalau kiloan jasa laundry tidak memperhatikan jenis per jenis nya. Sedangkan kalau satuan jelas tertulis jenis yang dicuci.
Sri hanya tersenyum dan berupaya mengingat dan bertanya kepada karyawan yang mengambilnya. Pelanggan adalah Raja. Itu ungkapan yang kerap membuat pengguna jasa bertindak semena-mena.
Beberapa hari kemudian, diketahui oleh karyawan Sri, baju Chanel si biang perselisihan sedang dipakai oleh teman pelanggan tersebut.