Jadi bagaimanakah Anda akan memutuskan rantai dari penderitaan tersebut?
Pertama, Kita harus belajar mengendalikan diri sesuai dengan keinginan kita. Anda wajib memutuskan keinginan mana yang tidak bisa melanggar ajaran Dhamma dan mana yang merupakan realita kita.
Nafsu keinginan sangat diperbolehkan selama kita tidak melanggar ajaran dan kenyataan Sang Buddha. Keinginan-keinginan yang bertentangan dengan moralitas, peraturan suatu negara, norma-norma sosial dan norma-norma lainnya jelas akan menimbulkan adanya penderitaan, meskipun pada awalnya mungkin semuanya akan tampak menyenangkan, tetapi pada akhirnya Anda akan merasakan penderitaan itu hadir atau muncul.
Memenuhi harapan yang tidak diinginkan hanyalah akan membuat perasaan menjadi frustrasi, stres, munculnya tekanan dalam batin, dan rasa ketidaknyamanan. Ini jelas akan memunculkan rasa sakit fisik dan batin.
Kedua, kita harus menyadari bahwa apa pun yang kita inginkan memiliki dua hasil, terpenuhi atau tidak terpenuhi. Meski rasa ingin ini dilandasi dengan kebaikan, namun jika tidak terpenuhi dapat memunculkan perasaan kecewa, sedih, dan bahkan tidak bahagia.Â
Meski keinginan sudah terpenuhi tetapi cenderung memunculkan lebih banyak keinginan baru (Haus akan hal-hal baru), tidaklah jarang keinginan yang terpenuhi tidak lagi terasa bahagia.
Misalnya, menjadi orang yang ditau dimana-mana (terkadang manusia melupakan dirinya kalau sudah terbawa angin) dari yang lain (harga diri naik dan kepala membesar) dan jika seseorang melebihi itu akan sangat tidak bahagia (ingatlah diatas langit masih ada langit). Â
Mengenali sumber keinginan ini dan menekannya dengan keyakinan adalah cara untuk memutuskan rantai dari penderitaan.
**
Makassar, 9 Juni 2022
Penulis: Justine Sun untuk Grup Penulis Mettasik