Hai para pembaca...
Izinkan daku, si penderita  kanker nasofaring menyapa Anda kembali di tulisanku yang ke-tiga tentang penakluk sejati. Terima kasih untuk kesediaannya ya, he he he ...
Topik yang akan dibahas kali ini adalah tentang penakluk sejati. "Penakluk, berarti yang menaklukkan, menundukkan, mengalahkan" (KBBI, 993:2002)
Seorang penakluk sejati bukanlah orang yang bisa menaklukkan puluhan, ratusan atau bahkan ribuan orang di luar sana. Akan tetapi, seorang penakluk sejati adalah seseorang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri.
Sekarang pertanyaannya adalah, "apakah Anda sudah berhasil meraih gelar sebagai sang penakluk sejati?" Mari kita jujur pada diri kita masing-masing.
Sebagai contoh kasus, kuambil dari kenyataan yang sedang kualami sekarang ini. Ada kabar baik, ada kabar buruk. Yang mana Anda ingin dengarkan terlebih dahulu? Daku siap berbagi, he he he...
Biasanya orang lebih memilih mendengar yang baik dulu. Baiklah...
Kabar baiknya daku masih bisa bertahan hidup melalui kebajikan-kebajikan yang kulakukan setiap hari. Baik melalui berdana, menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan agar tetap baik, serta melakukan meditasi.
Kabar buruknya adalah bodi mobilku kembali mengalami luka baru dikarenakan sel kankernya berjalan-jalan dari rongga nasofaring ke mulutku. Alias "metastasis" dalam dunia kedokteran. Bagaimana daku bisa bertahan kali ini?
Bodi mobilku mungkin sudah tidak tertolong lagi karena kondisinya sudah memprihatinkan. Hanya tinggal sedikit harapan yang tersisa yakni mempertahankan mesin mobilku yang kuharapkan masih bisa berfungsi dengan baik. Supaya mesin tersebut bisa berfungsi dengan baik tentu perlu perawatan khusus. Ada ide para pembaca yang setia. Bagaimana caranya?
Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah menjaga pikiranku untuk selalu berbuat kebajikan kapanpun, dimana pun, dan kepada siapa pun sehingga menjadi semacam kebiasaan yang kalau tidak kulakukan sepertinya kurang 'sreg'.
Tujuannya untuk melepaskan kemelekatan kepada apapun, membebaskan diri dari kekotoran batin, serta menerima kenyataan bahwa apapun yang dilahirkan, cepat atau lambat, pasti akan mengalami kematian.
Pikiran kita ini bagaikan monyet yang tidak bisa berdiam diri, selalu bergerak ke sana kemari. Bagaimana cara kita menaklukkannya? Apakah para pembaca yang setia punya saran?
Pagi hari merupakan awal yang baik jika kita membekali diri kita dengan membaca paritta untuk belajar 'dhamma', mempraktikkan 'dhamma' sehingga bisa menambah kebijaksanaan kita dalam mempersiapkan diri kita menghadapi kematian.
Karena kematian bisa terjadi setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Jadi persiapkan diri kita untuk berbuat kebajikan dengan berdana, menjalankan sila, dan melakukan meditasi.
Akan tetapi tentu saja ini bukan hal yang gampang untuk dilakukan dan semuanya tergantung kepada diri kita sendiri. Apakah Anda ingin bahagia atau menderita? Bahagia atau menderitanya kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Silahkan memilih.
Tentu saja semua memilih ingin hidup bahagia, ya kan? Nah, di sinilah Anda bisa membuktikan kepada diri sendiri dan kepada dunia apakah Anda seorang penakluk sejati atau bukan.
Sanggupkah kita menjadi seorang penakluk sejati?
Semuanya tergantung kepada diri kita sendiri. Sejujurnya kuakui bahwa daku belum menjadi seorang penakluk sejati, namun dengan tekad bulat dan usaha yang keras, daku berharap suatu hari nanti diriku bisa berkata dengan lantang, "Hore! Akhirnya aku berhasil menjadi sang penakluk sejati!"
Oleh karena itu, mari kita terus berbuat kebajikan. Jadikan kebajikan sebagai nafas kehidupan sehingga kita bisa hidup bahagia di kehidupan ini dan di kehidupan yang akan datang nanti. Sadhu, sadhu, sadhu.
Jangan kita kalah sebelum berperang ya, para pembaca yang setia. Ayo bersama-sama kita menjadi Sang Penakluk Sejati!
Dhammapada 103
Yang beribu-ribu kali, memenangi manusia di pertempuran, namun bisa memenangi satu, dirinya sendiri, ia sungguh memenangi pertempuran utama
**
Medan,8 Juni 2022
Penulis: Tania Salim untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H