Di sabana yang luas dan terik, ada seekor anak rusa yang baru saja lahir dari induknya. Induk rusa tersebut mengalami keadaan yang mengenaskan. Begitu dia melahirkan, tiba-tiba dia diterkam oleh kawanan macan.
Kawanan macan hanya memangsa induk rusa dan meninggalkan anak rusa yang masih lemah. Pada saat itulah satu macan dari kawanan tersebut, memandang dan berpikir untuk membawa dan merawat anak rusa tersebut sebagai santapan apabila dia telah tumbuh dewasa.
Karena anak rusa tersebut baru saja lahir dan dirawat macan itu, maka dia tetap menganggap macan tersebut sebagai ibunya meskipun memiliki sifat yang bengis.
Macan itu selalu merawat dan melindungi rusa kecil itu dari berbagai ancaman. Dia juga membiarkan rusa tersebut merumput dalam pengawasannya. Itu semua tetap dilakukan karena menganggap rusa itu akan menjadi santapan kelak di kemudian hari.
Kendati demikian rusa itu selalu menganggap sang macan sebagai ibu. Dia selalu mengajak macan itu untuk bermain, berlarian dan tidur bersamaan.
Tanpa rasa kasih sayang walaupun seakan-akan dia sayang terhadap rusa kecil, seringkali mereka menghabiskan waktu bersama.
Hingga suatu hari dimana musim berganti dan tidak banyak buruan untuk dijadikan mangsa, kawanan macan menjadi sangat lapar. Mereka lalu teringat anak rusa peliharaan si ibu macan.
Ketika macan-macan lainnya mencoba menyerang si anak rusa, si induk macan dengan spontan melindungi si anak rusa. Dia berteriak, "jangan kalian menyerang rusa itu, dia adalah milik saya!"
Seekor macan yang juga pemimpin mereka berkata; "Mari kita bunuh rusa itu dan kita bagi rata daging rusa tersebut."
Sang ibu macan menjawab secara spontan, "tidak bisa, dia telah kuanggap sebagai anak saya sendiri."