Jika ingin tetap mengucapkannya, sebaiknya kata "DIBERIKAN" diganti menjadi "MEMILIKI". Alhasil, kalimat yang lebih baik adalah "....... Semoga MEMILIKI ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi kehilangan ini. ......."
Selain itu, sesuai dengan kesepakatan Sangha Theravada Indonesia (STI) di Balikpapan tertanggal 19 Juni 2015, untuk mengungkapkan rasa empati kepada kerabat dan kenalan sesama umat Buddha yang sedang berada dalam suasana kehilangan karena kematian, kalimat yang dapat diucapkan adalah:
"Turut ber-samvegacitta atas kewafatan mendiang Ibu/Bapak/Sudara/Saudari ....... (sebutkan nama yang meninggal), Ibunda/Ayahanda/Putri/Putra/Kakak/Adik dari ............................. (sebutkan nama yang sedang berduka), Sugatim va saggam lokam uttarim va upapajjatu."
Kalimat "Sugatim va saggam lokam uttarim va upapajjatu"Â berarti "semoga mendiang terlahir di alam surga menyenangkan atau lebih dari itu".
Samvegacitta merupakan pikiran yang disertai dengan hal-hal batiniah yang kuat. Ini muncul sebagai tanggapan atas kejadian menggugah hati, mengarah ke perenungan pada pengetahuan kebenaran alamiah. Misalnya, pada saat kejadian orang yang dicinta atau dihormat meninggal dunia.
Sebagai salah satu referensi, sewaktu Guru Agung Buddha Parinibbana, para umat awam menangis berderai air mata, dipenuhi dengan kesedihan yang kuat. Adapun para ariyasavaka (orang-orang yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian) memasuki pemikiran yang diwarnai oleh samvega (hal-hal batiniah yang kuat).
Samvega mengacu ke nilai-nilai positif, seperti panna (kebijaksanaan), metta (cinta kasih), karua (belas kasihan), upekkha (ketenangseimbangan), dan lain-lain. Nilai-nilai yang terkhusus dalam samvega adalah panna dan upekkha.
Jadi samvegacitta bukanlah pikiran yang berduka atau bersedih. Samvegacitta didasari oleh panna (kebijaksanaan) yang menyadari bahwa segala sesuatu yang berkondisi atau terbentuk dari berbagai unsur adalah tidak kekal adanya, cepat atau lambat akan mengalami perubahan (sabbe sankhara anicca).
Samvegacitta juga didasari oleh upekkha (ketenangseimbangan) di mana batin tetap tenang dan terkendali. Batin tidak menjadi lemah sekalipun situasi dan kondisi kehilangan yang dihadapi sangat kuat atau hebat.
Mulai sekarang, umat Buddha jangan lagi hanya ikut-ikutan mengucapkan "turut berdukacita" di saat kenalannya ada yang mengalami kehilangan karena kematian. Berikanlah ucapan yang lebih tepat semisal "Sabbe sankhara anicca" atau menyampaikan "turut ber-samvegacitta .........".
Ucapan yang tepat tidak hanya berguna bagi orang yang sedang merasakan kehilangan, tetapi juga bermanfaat bagi yang mengucapkan, dan orang-orang lainnya. Tentu saja ini harus disertai catatan bahwa semuanya mengerti makna dari apa yang diucapkan tersebut.