Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "dukacita" berarti "kesedihan (hati)" atau "kesusahan (hati)". Sedangkan kata "berdukacita" diartikan sebagai "bersedih hati" atau "bersusah hati".
Adapun di dalam KBBI, kata "belasungkawa" berarti "pernyataan turut berdukacita". Sedangkan kata "berbelasungkawa" diartikan sebagai "menyatakan turut berdukacita".
Arti kata "dukacita" sesuai KBBI tersebut merujuk kepada hati yang merasa susah, sedih, dan merana karena kehilangan. Kata "dukacita" biasanya merujuk kepada kehilangan yang besar, khususnya karena kematian.
Biasanya kehilangan karena kematian orang-orang yang kita cintai, atau dekat dengan kita, atau kita kenal, dapat menimbulkan kesedihan hati. Tidak jarang pula menimbulkan tangis pilu. Kehilangan karena kematian ini bahkan bisa menggoncangkan batin hingga waktu yang lama.
Di kala duka datang dan menyelimuti diri seseorang maka orang-orang terdekat atau yang mengenal dia, biasanya akan berupaya untuk menguatkan orang tersebut. Cara-cara penguatan yang bisa dilakukan, misalnya melalui kehadiran di dekat orang yang sedang berduka dan/atau dengan pernyataan turut berduka cita.
Dengan simpati dan kepedulian yang ditunjukkan, diharapkan dapat menguatkan. Alhasil, orang yang sedang berduka bisa menjadi lebih tabah dan sabar dalam menghadapi kehilangan yang sedang dihadapinya.
Demikian juga dengan umat Buddha. Masih ada yang menyampaikan turut berdukacita kepada umat Buddha lainnya yang sedang mengalami kehilangan karena kematian.
Namun sebagian umat Buddha lainnya sudah memiliki pengertian yang lebih baik. Mereka umumnya mengucapkan "Sabbe sankhara anicca" kepada sesama umat Buddha, untuk menyatakan simpati dan kepedulian atas kehilangan yang disebabkan oleh kematian.
Apa perbedaan antara menyampaikan ucapan "Turut berdukacita" dengan "Sabbe sankhara anicca", kepada orang lain yang sedang mengalami kehilangan karena kematian, menurut pandangan agama Buddha?
Berdukacita, apalagi yang sangat berat dan dalam, menunjukkan keterikatan yang kuat dengan orang yang meninggal. Semakin seseorang terikat, semakin menderita dirinya saat keterikatan tersebut harus dilepas.