Dalam kondisi demikian, maka dapat mengamati sifat asli dari aktivitas pikiran yang baik atau aktivitas pikiran yang buruk, yaitu keduanya adalah tidaklah kekal. Muncul, berlangsung, lenyap terus menerus tiada henti.
Ketika seseorang dapat memahami hal ini, maka reaksi pada aktivitas pikiran baik atau buruk adalah sama, seimbang, upekkha, kondisi demikian disebut sebagai sankharaupekkha nana. Selanjutnya apapun yang dihadapi apakah itu hal yang baik atau buruk, pikiran tetap seimbang, upekkha.
Mengapa hal ini dapat terjadi, karena baik dan buruk dalam contoh pertama (asupan gula) hanya kebenaran yang subjektif.
Sedangkan sifat tidak-kekal dari baik dan buruk aktivitas pikiran adalah kebenaran yang sejati, kebenaran yang berlaku pada apapun, kapanpun, dimanapun, siapapun.
Ketidakkekalan adalah kebenaran yang sejati.
Ketidakkekalan berlaku pada manusia, binatang, tanaman atau benda mati. Berlaku kapanpun, dari dahulu, sekarang dan akan datang. Berlaku di air, di darat, di udara, di angkasa maupun planet lain. Berlaku bagi bayi dalam kandungan, balita, anak kecil, remaja, orang dewasa, orang tua, berlaku bagi yang percaya, berlaku bagi yang menolaknya.
Di hadapan kebenaran (ketidak-kekalan), semua adalah sama. Tidak peduli baik atau buruk, semuanya tidaklah kekal.
**
Jakarta, 24 Mei 2022
Penulis: Jayanto Chua untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H