Kebaikan adalah harapan semua manusia, sebaliknya hal yang buruk tentu yang dijauhi oleh siapapun.
Tetapi kebaikan bagi seseorang belum tentu kebaikan bagi orang lain. Misalkan jika penderita penyakit kencing manis (diabetes melitus), asupan gula adalah hal yang buruk, sehingga sepantasnya dihindari. Tetapi ada sebagian orang yang butuh kalori, asupan gula adalah sesuatu yang baik.
Kebaikan bagi seseorang, belum tentu kebaikan bagi orang lain. Buruk bagi seseorang belum tentu buruk bagi orang lain. Baik dan buruk yang demikian adalah subjektif.
**
Ketika berlatih meditasi tentu saja hal yang baik harus diusahakan, hal yang buruk harus dikurangi.
Hal yang baik, seperti menghadirkan sati,  mengusahakan pikiran selalu ada pada saat ini (penjelasan ringan mengenati sati dapat dibaca di sini Apa sih yang dilatih dalam Meditasi?), harus benar-benar diusahakan. Sedangkan kegelisahan, kemalasan, keraguan, niat buruk, nafsu ragawi harus benar-benar dihindari.
Ketika latihan meditasi semakin membaik, maka aktivitas pikiran yang baik dan buruk mulai lebih jelas terlihat. Tentu saja berusaha menyingkirkan yang buruk dan mengejar yang baik.
Anehnya ketika mengejar yang baik, pikiran menjadi gelisah. Demikian juga ketika berusaha menghindari yang yang buruk.
Hal ini terjadi karena ketika menghindari yang buruk atau mengejar yang baik, pikiran dibebani aktivitas baru yang didasari oleh kebencian dan keserakahan. Karena adanya tambahan aktivitas yang tidak baik ini, maka meditasi menjadi lebih kacau.
Ketika mampu mengamati hal baik, tanpa harus mengejar, mengamati hal yang buruk, tidak menghindar maka pikiran akan lebih tenang.