Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan Waisak: 10 Parami yang Menaklukkan Mara

15 Mei 2022   09:12 Diperbarui: 15 Mei 2022   20:01 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri, mettasik, joe hoey beng

Hari itu, tanggal 12 Mei 2022, pertama kali saya menginjakan kaki ke gedung Kementerian Agama. Lokasinya terletak di tengah kota jalan Lapangan Banteng Barat. Bersama teman --teman pengurus kami datang untuk menghadiri penandatanganan prasasti sejarah Vihara Dharma Jaya Toasebio oleh bapak menteri agama H. Yaqut Cholil Qoumas.

Hawa sejuk dan nyaman menerpa kami saat memasuki gedung. Petugas yang jaga menyambut kami dengan ramah. Ruang pertemuan ada di lantai dua. Kami naik dengan tangga. Petugas membukakan pintu menuju ruang pertemuan. Koridor dekat ruang pertemuan terasa segar tercium aroma pengharum ruangan.

Sambil menunggu kedatangan bapak menteri kami melihat banyak informasi, foto dan lukisan di sepanjang kiri dan kanan koridor. Hati terasa sejuk dan bahagia melihatnya. Semua gambar bertemakan kebaikan, keindahan, dan keberagaman.

Ada salah satu lukisan yang menarik perhatian saya yang terletak pada koridor dekat pintu masuk ruang pertemuan. Lukisan seorang anak laki-laki berkopiah dan bersarung sedang melihat patung Buddha.

Melihat lukisan Buddha tersebut tiba-tiba pikiran saya terbawa pada adegan film Little Buddha yang dibintangi Keanu Reeves yang saya tonton beberapa tahun yang lalu.

sumber: dokpri
sumber: dokpri

Menjelang pencapaian pencerahan sempurna, petapa Siddharta pergi ke Hutan Gaya, ke kaki pohon Bodhi (Latin : Ficus religiosa). Di bawah pohon Bodhi beliau duduk bersila menghadap ke timur. Ia menyatakan tekad-Nya yang bulat: "Walaupun hanya kulit, urat daging, dan tulang-Ku yang tertinggal! Biarpun seluruh tubuh, daging, dan darah-Ku mengering dan berkerut! Tak akan Kubangkit dari tempat duduk ini kecuali dan sampai Aku mencapai kebuddhaan!"

Mara, penguasa dunia nafsu, berasal dari alam Paranimmitavasavatti-Deva tidak suka kalau ada manusia dapat mencapai pencerahan sempurna. Mara mengumpulkan pasukan besar perangnya untuk menghancurkan petapa Siddharta.

Kedatangan Mara ditandai munculnya fenomena menakutkan. Tiba-tiba terjadi kegelapan total dan munculnya halimun. Ribuan meteor jatuh dengan lebat menghanguskan semua yang dilewatinya. Samudra dan bumi berguncang keras. Kabut muncul di samudra. Banyak sungai yang airnya mengalir ke hulu. Banyak pohon besar dan kecil tumbang. Angin dan badai bertiup sangat kencang menimbulkan suara yang menakutkan. Bersamaan dengan itu matahari hilang ditelan kegelapan serta munculnya makhluk tanpa kepala beterbangan di angkasa.

Petapa Siddharta duduk dengan tenang tak terusik sedikit pun laksana raja singa duduk tenang di antara hewan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun