Waisak tahun 2022 jatuh di hari Senin, tanggal 16 Mei 2022. Sebagai seorang buddhis, saya berusaha mengikuti pekan penghayatan dhamma untuk asupan gizi iman dan penguatan akhlak.
Syahdan perkembangan teknologi memungkinkan kita mendengar dan mencari wejangan yang diminati. Walaupun tidak bisa hadir live atau on the spot. Â Youtube, tiktok, podcast bebas diakses sesuai waktu yang dimiliki dan suka-suka.
Salah satu pilihan saya tertuju pada dhamma yang dipaparkan oleh YM Bhante Uttamo Mahathera. Youtube "Makna Hari Raya Waisak" berdurasi tidak lebih dari 30 menit membuat saya menyadari masih ada ruang untuk saya bertumbuh.
Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa penting yang terjadi di bulan purnama Waisaka:
- Saat kelahiran pangeran Siddharta
- Saat pangeran Siddharta mencapai kesucian
- Saat mangkat atau parinibbana Guru Agung Buddha
Mengapa kita menghadiri dan memperingati Trisuci Waisak? Apa tujuannya? Apakah hanya untuk datang, berjumpa teman-teman. Atau hanya untuk duduk, baca paritta dan meditasi, terus pulang. Sehingga kalau ditanya orang-orang, bisa menjawab. "Iya barusan ikut perayaan Waisak." Itu saja kah?
Makna Waisak lebih dari itu. Kita hadir, mendengar, memahami dan meningkatkan pengertian untuk merubah diri menjadi lebih baik, batin lebih maju. Jadi ketika pulang membawa perubahan untuk dipraktikkan sehari-hari. Cara pikiran berubah. Sehingga memberi manfaat pada perkembangan serta kemajuan batin. Bukan hanya sekadar mengikuti peringatan saja.
Di dalam dhamma dikatakan menghormat kepada yang patut dihormat, itulah berkah utama. Tidak hanya sebatas pemberian puja berupa bunga, lilin, dupa. Tetapi penghormatan tertinggi kepada Guru Agung adalah menghormat dengan perilaku yang sesuai dhamma yang diajarkan oleh Guru Agung.
Memperingati Waisak, ditandai salah satu persembahan puja dengan lilin panca warna. Biru, kuning, merah, putih, serta oranye. Sesungguhnya itu adalah ke lima warna dan satu warna campuran yang mengilustrasikan sinar / cahaya tubuh Buddha yang muncul saat mencapai kesucian.
Konon keenam warna ini menembus alam surga, neraka dan menembus alam-alam menderita. Dikatakan saat itu makhluk menderita yang mendapatkan pancaran sinar Buddha bisa terbebas dari alam penderitaan.
Warna ini seringnya disebut dengan aura. Setiap dari kita pun memiliki aura. Penasaran warna aura sendiri. Hm...m Â
Biru yang artinya bakti adalah warna pertama yang terpancar dari tubuh Buddha. Bukti mengapa seorang buddhis, kewajiban pertamanya adalah berbakti.
Berbakti kepada Buddha diwujudkan dengan hadir di vihara ataupun berdoa di depan altar di rumah.  Mempersembahkan bunga wangi, melantunkan paritta dan menancapkan dupa harum.
Namun ada pesan urgen dari YM Bhante Uttamo Mahathera berkenaan kata "Bakti"
Berbakti dengan imbuhan "ber" menurut KBBI, Kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti berdedikasi. Sehingga tugas setiap anak, individu, warga, komunitas dan masyarakat adalah berdedikasi untuk lingkungannya.
Apakah saya, kamu, kamu dan kita sudah menunjukkan bakti kepada orang tua di rumah masing-masing? Menghormat dan menyokong orang tua seperti yang diharapkan. Membahagiakan mereka selagi kesempatan ada di hadapan kita.
Apakah anda, anda sudah mengabdi kepada komunitas, masyarakat di tempat anda tinggal? Di tempat kerja? Memberikan yang terbaik. Tidak hanya seperlunya. Asal ada. Aduh, repot deh.
Apakah anda sebagai pasangan bagi suami atau istri sudah memberikan dukungan maksimal? Tanpa paksaan. Coba ingat-ingat!
Apakah kita semua menuaikan kewajiban sebagai warga negara yang baik?
Ternyata kata berbakti mengandung makna mendalam. Â Dengan bakti, kebahagiaan menjadi buah yang dihasilkan dan dipetik oleh kita dan orang di sekitarnya.
Guru Agung Buddha bertekad mengajarkan Dhamma karena bakti, agar semua makhluk memperoleh kebahagiaan, dan terbebas dari penderitaan. Cinta kasih dalam bentuk karuna yang aktif.
Semoga semua makhluk berbahagia. Semoga kalimat ini menjadi pembiasaan perilaku hidup sehari-hari secara konkret.
Sadhu sadhu sadhu
Selamat memperingati Trisuci Waisak 2566 BE.
**
Jakarta, 14 Mei 2022
Penulis: Iing Felicia untuk Grup Penulis Mettasik
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H