Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suka Duka Kucing Jalanan, Ulah Manusia Memang Jahanam

1 Mei 2022   06:52 Diperbarui: 1 Mei 2022   07:32 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri, mettasik, mustika t

Dulu saya tidak suka yang namanya kucing, apalagi kucing jalanan karena menurut saya, kucing jalanan itu pasti banyak kutu, belum lagi kotor dan banyak membawa kuman bahkan virus.

Waktu awal pandemi covid, tiba tiba muncul seekor kucing kecil. Kucing ini kelaparan mengeong minta makan. Saya dan tetangga sebelah menjadi sibuk mencari makanan apa yang bisa diberikan untuk si anak kucing yang kelaparan ini.

Akhirnya kucing ini selalu bermain di sekitar rumah. Kami memberi nama anak kucing ini Cing-Cing. Ia sangat lucu, berlari ke sana ke mari. Kami sangat menyayangi Cing-Cing. Sejak kehadirannya, saya jadi menyukai bahkan menjadi pemerhati kucing.

Hari berganti hari ternyata tidak semua tetangga bisa bertoleransi dengan kucing. Ada juga tetangga tidak suka dengan kehadiran kucing di halaman rumahnya, lalu menaruh jebakan besar di depan rumahnya.

Kucing yang tertangkap akan dibuang jauh dari area kompleks. Saya dan tetangga sesama pemerhati kucing jadi merasa tida nyaman melihat jebakan kucing ini. Apalagi jebakan ini ditaruh di tengah-tengah pekarangan depan rumah tetangga saya itu.

Kami jadi sering mengecek apakah ada kucing yang tertangkap. Jika ada yang tertangkap buru-buru kami lepaskan sebelum yang punya jebakan mengetahuinya.

Sebenarnya kehidupan kucing liar itu tidaklah nyaman. Tiap kali si betina selesai melahirkan dan mengalami siklus birahi, maka si betina akan diuber kucing jantan untuk dikawinkan.

Kucing betina mengalami siklus birahi rata-rata setiap dua bulan. Jadi boleh dikatakan, setiap dua bulan kucing betina akan melahirkan anak. Bisa dibayangkan begitu cepat meningkatnya populasi kucing.

Kami pelan-pelan melakukan sterilisasi kucing untuk menahan lajunya populasi kucing ini. Bahkan, ada juga kucing yang memasuki usia empat bulan, sudah dikejar-kejar kucing jantan, alhasil ada diantara mereka yang menjadi hamil tapi anaknya meninggal begitu dilahirkan karena rahimnya masih terlalu muda.

Biasanya jika anak kucing sudah usia 1-2 bulan, akan ditinggal induknya. Bahkan ada yang baru usia belum genap satu bulan. Anak kucing yang belum genap satu bulan ini sangat rentan dan mereka lebih beresiko mati kalau ditinggal induknya. Sepertinya perpisahan antara induk dan anak kucing sudah biasa, andai mereka bertemu lagi sepertinya sudah menjadi asing satu sama lain.

Kehidupan kucing liar ini, kalau hujan ya kehujanan, dan panas ya kepanasan. Belum lagi kalau lapar harus mengais sisa makanan di sampah, yang kalau kepergok orang akan diusir, dipukul bahkan disiram air.

Pernah suatu malam tiba-tiba seekor kucing yang salah satu matanya hancur dan rahangnya lepas, muncul di depan rumah salah satu tetangga. Mungkin karena ulah manusia yang menyebabkan menjadi seperti itu.

Malam itu juga, tetangga saya langsung membawanya ke Klinik Hewan. Kucing ini kemudian dioperasi rahangnya dan mata yang hancur dijahit. Sekarang sdh sembuh, bahkan sangat lincah lompat ke sana ke mari, walau dengan satu mata.

Ada juga ulah manusia yang iseng mengikat kaki kucing dengan karet gelang. Lama kelamaan kaki kucing menjadi membusuk karena aliran darah tidak lancar hingga harus diamputasi.

Kami dan tetangga rutin memberi makan dan merawat kucing-kucing liar. Kucing-kucing menjadi gemuk dan sehat. Kucing ternyata sangat manja. Mereka juga suka dielus dan disayang.

Memang ada manusia yang suka dan tidak suka sama kucing. Tidak suka kucing tidak apa, tetapi janganlah menyakiti apalagi menyiksanya, karena kucing juga ciptaan Tuhan. Mereka juga berhak hidup berbahagia.

**

Jakarta, 01 Mei 2022
Penulis: Mustika T untuk Grup Penulis Mettasik

dokpri, mettasik, mustika t
dokpri, mettasik, mustika t

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun