Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Paling Berharga untuk Sang Permata Hati

28 April 2022   04:55 Diperbarui: 28 April 2022   05:00 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: boomerhighway.org, itl.cat, diolah pribadi

Sebagai seorang ibu dari tiga orang anak, saya sering sangat ambisius dengan masa depan anak-anak saya.
Seperti banyak orangtua yang lain, saya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka dan memastikan bahwa ketiga anak saya akan bahagia, berhasil, dan sukses menjadi "orang" dalam kehidupan mereka nanti.

Selain sangat ambisius, saya juga sering merasa cemas dan khawatir tentang masa depan anak-anak saya. Apalagi kalau saya membayangkan bagaimana mereka nanti kalau saya sudah tidak bersama mereka lagi (saya meninggal dunia)

Karena ambisi dan kecemasan saya untuk melihat anak-anak saya berhasil "menjadi orang", maka saya berusaha menyiapkan semua fasilitas yang menurut pikiran saya adalah yang terbaik untuk masa depan mereka.

Saya ikutkan dan daftarkan anak-anak ke sekolah terbaik dan semua les terbaik yang saya pikir akan membantu mereka untuk siap berkompetisi di dunia yang keras ini. Saya berusaha sekuat tenaga untuk memastikan dan mengendalikan masa depan mereka.

Sekeras apapun saya memastikan, tapi tetap saja saya masih merasa tidak aman dan cemas. Apakah semua yang sudah saya lakukan ini cukup untuk masa depan mereka? Apakah mereka akan baik-baik saja kalau saya ibunya tidak ada?

Semakin saya cemas dan khawatir, semakin keras saya bekerja, dan berakrobat dalam bekerja istilahnya sampai "kaki di kepala kepala di kaki" dalam bekerja mencari "uang" untuk membiayai kebutuhan pendidikan terbaik anak-anak saya.

Saya menjadi orang yang sangat sibuk bekerja dengan alasan demi masa depan anak-anak. Saya menjadi ibu yang tidak punya waktu untuk berbahagia dan menikmati waktu bersama anak-anak saya.

Saya menjadi orang yang selalu terburu buru, lelah lahir dan batin dan menjadi ibu yang hampir selalu tidak punya waktu saat anak-anak mencari dan membutuhkan saya.

Kalau anak anak protes, selalu saya tekankan ke anak-anak untuk mengerti bahwa ini semua adalah demi untuk masa depan mereka!

Saya benar-benar hanyut dalam kendali kecemasan dan keruwetan pikiran saya tentang masa depan anak-anak saya. Saya sama sekali lupa bahwa anak-anak saya tidak hanya membutuhkan materi untuk menyambut masa depan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun