Kita menginginkan ini, mengira ini sebagai tempat yang aman dari derita, dan ketika kita sampai di sana, kita mulai lagi tak puas, galau, lalu menginginkan itu dan mendapatkannya, tapi setelah beberapa lama akhirnya menghambar lagi yang berujung pada ketidakpuasan.
Kita mengira harta sebagai pernaungan sejati yang sanggup mengamankan kita dari penderitaan. Memang bagi makhluk duniawi yang masih melekat pada nafsu-nafsu ragawi seperti kita, kemiskinan itu derita yang berat, namun harta bukanlah kunci pembuka kebahagiaan karena kebahagiaan sejati hanya tercapai manakala kita sukses menghancurkan akar penderitaan yang disebut nafsu keinginan atau tanha atau kegelapan batin, yang dalam perumpamaan di atas adalah kudis: kita harus mengobati dulu kudis kita supaya kita bisa menikmati kedamaian di mana dan kapan pun.
**
Denpasar, 25 April 2022
Penulis: Chuang Bali untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H