Aku ini seorang pelupa. Apa saja, selalu lupa. Kendati bukan di kantor. Parah. Mulai dari lupa bawa HP. Kata orang, kalau lupa HP pasti akan balik ambil. Tapi tidak berlaku denganku.
Kalau lupa, kelewatan. Ingatnya pada saat tiba di kantor. Astaga. Untung saat ini teknologi memudahkan kita. Â WA terkoneksi dengan laptop. Aman, tetap bisa baca pesan yang masuk.
Ada lagi, di dompet cuma ada SIM, KTP, kartu ATM dan kartu kredit tanpa uang tunai. Jadi suamiku sering kali mengecek, khawatir istrinya kekurangan duit. "Takutnya kalau ada apa-apa gimana?" Gitu katanya.
"Yang penting ada kartu kredit sama ATM," batinku.
Pernah suatu ketika, sudah di parkiran kantor, aku baru sadar lupa pakai kacamata. Aduh...! Padahal aku nyupir sendiri. Untung aman-aman saja.
Alhasil, hari itu suamiku cerewet, mengingatkan jangan pulang malam. Aku punya hobi pulang malam, asyik kerja di kantor (sebagai pendidik).
Kadang pulang jam 7.00 atau 08.00 malam. Ketika di rumah pun ada saja yang diulik lagi. Maniak kerja. Bisa sampai jam 24.00. Aaah..
Suamiku sampai bosan mengirim pesan; "Hari ini kamu pulang jam berapa? mau masak atau beli makanan?" Belum lagi kalau WA nya baru kurespons beberapa jam kemudian. Membuatnya harus belajar bersabar. Pasrah.com
Suamiku, orang yang disiplin waktu, waktu kerja, ya kerja. Setelah itu selesai. Jangan disentuh lagi. Menurutnya, masih ada hari esok, jadi lanjutkan besok. Beda denganku, perasaan ini susah move on Alasanku besok masih banyak kerjaan lainnya.
Mungkin karena dia anak pertama cowok dari sembilan bersaudara tujuh cewek dan dua lelaki. Dan aku anak bungsu dua bersaudara yang rewel.
Stok pengertian suamiku tingkat dewa. Â Lalu gimana sikapku terhadap suami yang super ini?