Jadi diet memang harus dilakukan dengan hati-hati. Harus atas saran dokter.
Namun, ada juga proses diet yang alami. Caranya adalah dengan berpuasa. Menghindari makan dan minum secara sukarela. Biasanya dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Hiromi Shinya,M.D. dalam bukunya; "Keajiban enzim awet muda", beliau menyarankan puasa singkat yang sangat baik buat kesehatan. Puasa singkat ini bukanlah sejenis diet atau penurunan berat badan.
Tapi berfungsi membersihkan sampah keluar dari sel-sel tubuh. Efeknya, tubuh kita menjadi lebih berenergi, usus dapat berfungsi lebih baik, sehingga proses buang air besar menjadi efisien.
Penurunan berat badan hanya merupakan hasil sampingan dari pembentukan tubuh. Orang bisa saja menurunkan berat badan melalui pembatasan asupan kalori (diet) dan olahraga.
Namun ini pasti jadi bumerang sepanjang belum melakukan detoksifikasi pada sel-sel tubuhnya. Upaya diet hanyalah membuang buang waktu dan tenaga jika tidak mengakibatkan proses buang air besar yang lebih baik dan memberikan efek perbaikan kesehatan.
Untuk alasan diataslah, saya lebih memilih puasa daripada diet terprogram.
Tapi, masalah muncul saat menjalankannya. Tidak jarang puasa saya batal karena hal-hal sepele.
Dimana letak kesalahannya? Sebetulnya yang ingin "diet" itu batin atau badan? Diet kalo ingat dan ada niat. Tapi kenapa sering lupa dan kemana si niat?
Saya sempat membaca sebuah kutipan lucu "Jangan bertekad bulat, harus bertekad kurus, supaya bisa kurus."
Kutipan ini bagus, cocok untuk mensugesti diri agar program diet bisa berjalan lancar. Tapi, tekad itu harus memiliki dorongan yang kuat.