Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kisah Bakmi yang Mengajari tentang Kehidupan

14 April 2022   06:09 Diperbarui: 14 April 2022   06:22 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Bakmi yang Mengajari Tentang Kehidupan (gambar: sajiansedap.grid.id, diolah pribadi)

Sudah lebih dari 40 tahun saya menikmati bakmi unik ini, tepatnya dimulai pada tahun 1982, sebut saja bakmi A. Pertama kali mencicipi, penjualnya menggunakan gerobak, tepat di depan kampus saya kuliah. Sekarang sudah banyak cabang, bukan pakai gerobak lagi.

Pertama kali diajak oleh kakak sepupu yang sudah lama tinggal di Jakarta. Bagi saya saat itu merupakan makanan mewah, karena harganya 3 kali lebih mahal dari harga makanan anak kos. Sejak itu tidak pernah terlupakan.

Bakmi A berbeda dengan bakmi lainnya, bakmi A dapat dinikmati tanpa daging, mienya saja sudah enak, gurih, teksturnya sedikit kenyal, tapi tetap lembut. Tidak ada daging yang ditumis dengan kecap, tetapi dibarengi dengan irisan daging ayam rebus.

Air sisa merebus daging ayam menjadi kuah. Kuah juga merupakan ciri khasnya. Sedap, gurih, jika perlu tambah lagi 1 mangkok.

Tetapi bertahun-tahun tidak menikmati, karena jauh dari tempat tinggal, hingga akhirnya bakmi A buka cabang di dekat rumah. Sudah seperti ritual, setiap bulan bisa dua atau tiga kali. Kami sekeluarga sarapan bakmi hanya hari sabtu atau minggu saja.

Bukan saja rasa enak, tapi membangkitkan kenangan lama puluhan tahun lalu. Membuat rasa enak lebih terasa.

Setelah berapa lama sayangnya, setiap minggu rasanya sering berbeda. Sesekali, benar-benar tidak enak. Mienya lengket, lembek, kuahnya hambar dan segala variasi rasa yang tidak enak, tapi kadang ada juga enak.

Rasa kecewa mendorong kami mencicipi bakmi-bakmi lainnya, ada juga enaknya. Setelah sekian banyak bakmi yang dicoba, semua ternyata memiliki rasa enak masing-masing, tetapi tidak seenak bakmi A zaman dulu. Rasanya benar-benar bikin kangen.

Akhirnya coba lagi deh siapa tau enak, enak juga nih. Tapi kecewa lagi karena pengolahannya sering berbeda, walaupun bahannya sama, tapi yang juru masaknya tidak ahli akhirnya kecewa lagi.

Rasa yang tidak pasti, membuat kami kecewa. Mungkin bukan kami saja, banyak pelanggan pasti kecewa. Ya, karena tidak pasti

Karena kami masih kangen, kami coba lagi, tapi kecewa lagi.

Ketidakpastian berujung kekecewaan.

Pengalaman menikmati bakmi A ini, membuka pintu perenungan yang tidak pernah terbayangkan, bahwa:

Ketidakpastian, ketidakkekalan adalah nyata yang selalu berujung pada kekecewaan.

Mengejar yang tidak pasti hanya akan berakhir pada kekecewaan. Teringat akan sabda Buddha Gautama bahwa segala sesuatu yang tidak kekal (anicca) adalah tidak memuaskan (dukkha).

Ketidakkekalan tidak peduli siapapun. Tidak dapat dihentikan, tidak dapat dicegah, tidak dapat dikendalikan oleh siapapun.

Karenanya Buddha Gautama mengatakan bahwa segala sesuatu yang tidak kekal (anicca), tidak dapat dikendalikan, tidak dapat dikatakan "ini milikku, ini diriku, ini aku" (anatta).

Karena terpikir kalau rasa kesukaan "milikku" dari bakmi A adalah begini, maka ketika rasa itu berubah, maka muncul kekecewaan. Padahal tidak ada di dunia ini yang pasti, semua akan berubah. Cepat atau lambat bakmi A akan membuat kecewa, hanya soal waktu.

Tetapi karena kemelekatan, ingin menikmati lagi rasa kesukaan "milikku" bakmi A (yang tidak pasti itu), akhirnya kecewa lagi. Ternyata banyak kekecewaan dalam hidup yang terulang dengan pola yang sama, tetapi terlupakan, mungkin juga terlewatkan.

Kekecewaan terlupakan, karena ada hal lain (yang tidak pasti juga) yang dapat dinikmati lagi. Akhirnya berputar-putar dalam hal yang sama, mengejar yang tidak pasti, kecewa, kejar lagi, kecewa, kejar lagi, kecewa terus saja.

Bakmi A memberikan pelajaran tentang hidup, mengingatkan diri, kalau suatu saat kecewa, ingat akan bakmi A.

Jika ada sesuatu yang tidak pasti, harus siap kecewa atau hindari yang tidak pasti.

**

Jakarta 14 April 2022
Penulis: Jayanto Chua untuk Grup Penulis Mettasik

dokpri, mettasik, jayanto chua
dokpri, mettasik, jayanto chua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun