Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Perlu Percaya Hukum Karma untuk Memetik Buahnya

13 April 2022   05:00 Diperbarui: 13 April 2022   05:10 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Perlu Percaya Hukum Karma Untuk Memetik Buahnya (gambar: lifestyle.okezone.com)

Sampai sekarang masih banyak orang yang tidak percaya hukum karma. Alasan yang umum karena mereka tidak pernah diberitahu, tidak pernah belajar tentang hukum karma. Hukum karma seakan-akan hanya milik umat dari agama tertentu saja ---khususnya umat Buddha dan umat Hindu.

Namun dalam kenyataan, hukum karma adalah salah satu hukum universal. Artinya, hukum yang berlaku di alam semesta ini. Dengan demikian, hukum karma berlaku bagi siapa saja. Percaya atau tidak percaya, hasilnya sama saja. Hukum karma akan bekerja pada semuanya.

Salah satu aspek dari hukum karma adalah sebab dan akibat. Artinya, semua perbuatan yang kita lakukan akan menimbulkan akibat. Akibat tersebut akan menjadi sebab yang baru untuk menghasilkan sebab yang baru pula. Demikianlah kehidupan ini terus berlangsung; berupa rangkaian sebab dan akibat.

Leluhur kita sejak jaman dulu telah memahami hal ini. Mereka tidak menjelaskan secara langsung, namun dengan memberikan contoh. Misalnya dalam pribahasa; rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya.

Kalau kita rajin belajar, tentu kita akan mendapatkan banyak akibat. Dengan membaca ulang dan mengerjakan tugas, kita lebih mengerti materi pelajaran yang ada. Nilai ulangan akan menjadi lebih baik.

Demikian seterusnya hingga di akhir tahun pelajaran, kita bisa naik kelas dengan nilai yang sangat memuaskan. Setelah sekian tahun, kita bisa lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Bagaimana jika kita tidak rajin belajar? Nilai ulangan jelek. Mungkin tidak naik kelas, tidak lulus ujian. Kalau pun menyontek setiap ulangan, hasilnya mungkin tidak memuaskan. Pengetahuan dan pemahaman kita pada materi pelajaran tidak maksimal.

Demikian juga dengan ungkapan; hemat pangkal kaya. Dengan berhemat, kita bisa menyimpan sedikit demi sedikit penghasilan yang ada. Setelah terkumpul banyak, kita bisa menggunakan untuk keperluan yang lebih penting.

Jika tidak berhemat, semua penghasilan hanya akan lewat begitu saja. Mengalir deras bagaikan air. Hilang semuanya bagaikan uap. Hidup menjadi susah di saat akan keperluan yang lebih penting.

Masih banyak contoh lain dalam kehidupan. Misalnya; mendapat penghasilan setelah menyelesaikan pekerjaan tertentu. Gajian di akhir bulan karena telah mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan baik. Ini pun bisa dikatakan sebagai hukum karma.

Sejujurnya hidup adalah rangkaian sebab dan akibat yang terus menerus berlangsung dalam diri kita. Tentu saja juga dipengaruhi kondisi-kondisi lainnya, yang terkadang tidak bisa dihindari.

Karena itu selalu diingatkan; perbuatan baik akan menghasilkan akibat yang baik dan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat yang buruk. Menanam semangka akan berbuah semangka.

Masihkah Anda tidak percaya hukum karma?

**

Tangerang, 13 April 2022
Penulis: Dhana Putra untuk Grup Penulis Mettasik

mettasik, dhana putra, dokpri
mettasik, dhana putra, dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun