Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow. Kebutuhan yang lebih tinggi, posisinya akan semakin di atas pada hirarki ala Maslow yang berbentuk piramida.
Level paling bawah dari piramida Hirarki Kebutuhan Maslow adalah kebutuhan fisik. Level kedua adalah kebutuhan akan keamanan, baik fisik maupun psikologis.
Level berikutnya adalah kebutuhan sosial, yakni penerimaan diri oleh orang-orang lain. Level keempat adalah harga diri atau kebanggaan diri. Level paling tinggi alias yang teratas adalah aktualisasi diri.
Apa perbedaan antara level keempat (harga diri atau kebanggaan diri) dengan level kelima (aktualisasi diri) dalam Hirarki Kebutuhan Maslow?
Harga diri atau kebanggaan diri dibangun melalui pencapaian-pencapaian yang kita raih. Dalam konteks ini, pencapaian yang dimaksud tidak harus yang besar, apalagi yang menjulang.
Juga tidak perlu pencapaian yang diraih dengan mengalahkan orang-orang lain. Bukan pula pencapaian yang hanya bisa diraih sedikit orang. Orang-orang lain juga banyak yang bisa meraih hal serupa.
Sewaktu kita naik kelas, lulus sekolah, menyelesaikan kuliah, mencapai target pekerjaan, dari sebelumnya tidak bisa menjadi bisa dalam sesuatu hal, dan banyak lagi contoh lainnya, harga diri atau kebanggaan diri kita akan meningkat. Alhasil, level kepercayaan diri kita pun akan meningkat.
Adapun aktualisasi diri kita dibentuk melalui pencapaian yang tidak terlalu banyak orang yang bisa meraihnya. Perlu pengeluaran potensi diri dan upaya ekstra kita untuk merealisasikan pencapaian tersebut.
Tidak mudah, namun pencapaian tersebut dapat menumbuhkan rasa akan diri kita yang penuh dan bermakna (self-fulfillment).
Pemenuhan harga diri atau kebanggaan diri, ganjarannya adalah perasaan senang, gembira, suka cita dan sejenisnya. Â Adapun pemenuhan aktualisasi diri berpotensi memberikan ganjaran kepuasan, bahkan kebahagiaan di dalam diri.
Karya tulisan, apalagi berupa buku, merupakan salah satu penyumbang bagi level kelima (aktualisasi diri) dalam piramida Hirarki Kebutuhan Maslow.