Dua minggu kemudian, di hari Sabtu, para donator ditemani pengurus vihara dan Ketua RT melakukan survei kepada warga yang akan menerima bantuan. Memastikan langsung apakah yang terdaftar adalah mereka yang betul-betul layak menerima bantuan.
Cara menentukan kelayakan adalah dengan melihat kondisi rumah. Jika ukuran rumah cukup besar serta memiliki perabot yang mewah, maka tidak dianggap sebagai calon penerima bantuan.
Namun, ada juga beberapa kondisi rumah yang benar-benar mengenaskan. Sudah tidak layak lagi dihuni. Kasus seperti ini kemudian masuk dalam rencana berikutnya. Mereka didaftar sebagai penerima bantuan bedah rumah.
Tim donatur mengunjungi rumah warga satu persatu dengan penuh semangat. Hujan yang turun tidak menjadi masalah. Ada payung, topi, dan jas hujan yang telah disediakan.
Warga yang dianggap layak sebagai calon penerima bantuan langsung diberikan tas khusus. Tas tersebut adalah "tiket masuk" untuk mengambil sembako di vihara pada keesokan hari minggunya.
Donator juga membawa tongkat untuk diberikan kepada orangtua yang membutuhkan tongkat.
Keesokan harinya sebelum baksos dimulai, ketua tim donatur memberikan pengarahan kepada para relawan donatur dan pengurus vihara agar baksos berjalan dengan lancar.
Tibalah saatnya, pembagian sembako pun dimulai. Warga menuju meja-meja yang berisi berbagai macam barang. Setiap meja untuk 1 jenis sembako.
Tidak lama kemudian, warga dari keempat RT yang sudah mendapatkan tas, datang ke vihara untuk menerima bantuan. Sembako yang diberikan berupa beras, mie instan, minyak sayur, kecap, gula, deterjen, madu dan masker.
Pembagian sembako ini dilakukan dengan protokol kesehatan. Warga yang datang harus cuci tangan terlebih dahulu dengan hand sanitizer yang sudah disiapkan. Tidak lupa juga dicek suhu tubuhnya.
Untuk masing-masing RT dibedakan jam pembagian sembakonya agar tidak terjadi kerumunan warga. Total ada sekitar 400 Kepala keluarga yang mendapatkan bantuan sembako ini.