Bertempat tinggal di tempat yang sesuai adalah berkah utama.
Sepenggal kalimat yang tertera pada sutta tentang berkah yang tersedia di dalah kehidupan ini bukanlah ngadi-ngadi belaka.
Jauh sebelum Covid-19 melanda, Hema dan keluarganya tinggal di dalam sebuah komplek perumahan yang dihuni oleh para warga dari segala suku, ras dan agama. Sejak kecil, Hema dan seluruh anak-anak gang di komplek Lilin sudah dibiasakan oleh orang tua mereka untuk bermain bersama, berbagi bersama, dan merayakan bersama.
Seluruh anak-anak gang selalu ingat bagaimana orang tua generasi baby boomer menjadi contoh untuk anak-anak generasi Y dan Z dengan saling membantu dan bertukar makanan.
Saat ini, usia para orang tua di komplek Lilin beranjak lansia akhir dan mulai menderita sakit-sakitan. Momen-momen inilah yang akan dikenang oleh para penghuni komplek Lilin.
Pernah suatu ketika Morella, salah satu tetangga komplek tiba-tiba menelpon Hema dalam keadaan darurat.
"Hem, lu di rumah? Boleh tolong liatin rumah gue ga? Gue pantau CCTV rumah, nyokap gue muntah-muntah. Terus bokap gue barusan telepon katanya nyokap gue pingsan. Tolongin yah, Hem," suara Morella terdengar panik.
"Okay, gue masuk yah ke rumah lu," sigap Hema.
"Thank you banget yah, Hem. Gue lagi on the way pulang nih dari kantor. Satu jam lagi sampai," jawab Morella.
Benar saja, saat Hema masuk ke dalam kamar orang tua Morella, nampak ibunya sudah jatuh lemas di depan kamar mandi dengan bersimbah muntahan di seluruh baju dan lantai. Ayah Morella yang juga menderita jantung dan lanjut usia panik tidak dapat melakukan apa-apa.
Dalam sekejap, Hema langsung memeriksa keadaan tante tetangga yang sudah dia kenal sejak Hema bayi hingga usia 34 tahun. Wajah tetangga yang dulu selalu ceria, penuh tawa dan aroma masakan yang selalu tercium hingga rumah Hema, kini kondisinya lemas lunglai. Hema segera membersihkan lantai yang penuh muntahan, mengganti baju tante tetangga dan mengabari keadaan terkini kedua orang tua Morella ke adik bungsunya.
Tak lama kemudian adik bungsu Morella tiba terlebih dahulu dan langsung membopong ibunya untuk dibawa ke rumah sakit. Hema tetap berada di sana mendamping keluarga itu.
Dua tahun berlalu, pandemi pun datang. Keluarga Hema tak luput dari penyakit ini. Ketiga anggota keluarga Hema terserang Covid-19 varian awal saat penyakit ini masih dianggap tabu untuk diberitakan.
Seluruh penghuni komplek Lilin bahu membahu membuat jadwal dana makanan untuk keluarga Hema selama dua pekan penuh. Kali ini Morella yang pernah bekerja menjadi satu tim SARS juga langsung turun tangan bersama adiknya membantu Hema.
"Hem, gue uda siapin 3 kantong barang-barang terpisah yang mungkin nyokap, bokap dan kakak lu butuhin saat di rumah sakit. Nih, pastikan mereka semua dapat. Lu jangan lupa fotokopi semua hasil PCR, BPJS dan KTP. Ingat, infoin ke orang rumah lu jangan anggap rumah sakit itu bersih. Mereka harus pakai masker setiap saat, cuci tangan. Lu ada butuh apa lagi? Lu ga sendirian, Hem. Kita back up," Morella menjelaskan secara detail dan lengkap.
"Thank you yah, Morel. Lu ga ngucilin gue, malah dampingin gue," isak Hema kelelahan.
"Kita kan tetangga dari lahir, Hem. Ga usah sungkan ya. Kabarin gue kalau lu uda di rumah lagi. Lekas sembuh buat om, tante dan kakak," hibur Morella.
Sudah dua tahun Covid-19 melanda Indonesia. Buat para penghuni komplek perumahan Lilin, tradisi berdana makanan bagi keluarga yang terkena Covid masih berjalan sampai detik ini.
Hema dan teman-teman sebayanya di komplek Lilin semakin tahun semakin yakin bahwa saat keadaan terburuk terjadi, mereka tidak akan ditinggal sendirian.
Patirupadesavaso ca,
To live in a suitable place,
Hidup di tempat yang sesuai,
Itulah berkah Utama
Sadhu kami berseru!
**
Jakarta 24 Maret 2022
Penulis: Hema untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H