Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indahnya Ketidakkekalan, Bahagia dalam Perubahan

21 Maret 2022   06:21 Diperbarui: 21 Maret 2022   06:33 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
metta pratiwi, mettasik, dokpri

Setiap kehidupan selalu memberikan perubahan. Dari hal kecil sampai yang berskala besar, dan setiap perubahan pasti memberikan dampak. Dampak tak suka, biasanya.

Padahal, bila usia kita sudah lebih dari dua puluh tahun, wah, sudah tak terhitung lagi berapa banyak perubahan yang telah dialami. Perubahan fisik adalah hal yang paling jelas terlihat.

Banyak orang mengeluh tentang perubahan. Bila melihat bunga mekar, kita inginnya bunga itu tetap mekar. Ada perasaan sedih, ketika melihat bunga itu menjadi layu keesokan harinya.

Apalagi kalau sudah membahas tentang perubahan harga minyak goreng. Bisa dipastikan, begitu banyak orang yang tak suka. Faktanya, hidup harus berjalan terus. Tak peduli, kita membenci perubahan atau tidak.

Ketidakkekalan memang suatu hukum alam. Membenci tentu memberikan penderitaan, apalagi yang dibenci adalah suatu keniscayaan. Sedangkan, setiap manusia selalu ingin hidupnya berbahagia. Bertolak belakang jadinya dan lelah hayati pastinya.

Lalu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi suatu perubahan? Tak semudah mengatakannya, tapi menerima perubahan memang itu jawabannya. Ketika penerimaan sudah dilakukan, maka kreativitas berpikir pun akan berjalan.

Saat melihat bunga layu, kita kadang lupa melihat ada kuntum yang tumbuh. Saat penderitaan datang, kita lupa bahwa keabadian dalam kehidupan itu tak ada. Kalau bahagia tak selamanya, begitu pula dengan penderitaan.

Tentu, berdiam diri sambil berharap penderitaan segera berganti karena tak ada yang abadi, bukanlah solusi. Berjuang tentu harus dilakukan. Berpikir, berucap, dan bertindak baik adalah pupuknya.

Pupuk yang tepat tentu membuat apa yang kita tanam tumbuh dengan subur. Bunga yang layu akan segera terganti dengan kuntum-kuntum yang baru. Masalah tetap ada, tapi harapan untuk menyelesaikan masalah selalu hadir.

Bagaimana, masih membenci perubahan?

**

Biodata Penulis

Metta Pratiwi atau yang akrab disapa Metta adalah seorang Psikolog, kelahiran 10 September 1976, yang aktif dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini.

Ibu dengan dua orang anak yang menginjak usia remaja ini menyukai dunia literasi semenjak kecil. Membaca buku adalah kegemaran utamanya.

Kini keinginannya yang terpendam untuk berkelana lebih jauh dalam dunia literasi mulai terealisasi. Beberapa buku antologi puisi, cerita anak, cagar budaya, teenlit, dan romance serta dua buku solo berjudul Love dan Perjalanan Hati telah berhasil diselesaikannya.

Penulis dapat dihubungi melalui :

Facebook : Metta Pratiwi
Instagram : @pratiwimetta
Email : mettapratiwi76@gmail.com

**

Bekasi, 21 Maret 2022
Penulis: Metta Pratiwi untuk Grup Penulis Mettasik

metta pratiwi, mettasik, dokpri
metta pratiwi, mettasik, dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun