Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Naik Perahu ke Pulau Seribu, Jangan Bikin Karma Buruk

20 Maret 2022   04:43 Diperbarui: 20 Maret 2022   05:57 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mettasik, hoey beng, dokpri

Tinggal di kota besar seperti Jakarta menjadi magnet bagi banyak orang. Penduduk Jakarta memiliki banyak destinasi untuk menghabiskan waktu mereka di akhir pekan. 

Bagi yang hobi belanja, mal yang megah banyak bertebaran di wilayah Jakarta. Bagi yang hobi nongkrong, banyak juga tersedia tempat yang tidak kalah seru. Asik dan keren.

Kalau sudah bosan penduduk Jakarta dapat pergi berwisata ke pulau seribu, pulau yang indah tidak jauh dari kota.

Kepulauan Seribu merupakan sekumpulan pulau yang terletak di kawasan pantai utara Jakarta. Ada berbagai fasilitas yang tersedia, membuat liburan menjadi menarik dan berkesan.

Akses menuju Kepulauan Seribu pun cukup mudah. Bisa menyeberang naik kapal dari dermaga Muara Angke, Kaliadem, atau Marina Ancol. Lamanya perjalanan di atas kapal tergantung pulau tujuan.

Harga tiket penyebrangannya juga cukup murah, hanya puluhan ribu bila memilih naik kapal nelayan. Apabila naik kapal ferry atau speedboat melalui dermaga Marina Ancol, kita harus merogoh kantong lebih dalam karena biayanya lebih mahal.

Walaupun lebih mahal, ada banyak kelebihan naik speedboat dibandingkan naik kapal ferry atau kapal nelayan. Waktu perjalanan yang ditempuh jauh lebih cepat.

Sebagai gambaran, naik speedboat dari Jakarta ke pulau Pari bisa ditempuh dengan waktu 45 menit sampai 1 jam.

Apabila perjalanan dengan kapal ferry bisa memakan waktu 2 jam. Terbayang bagaimana rasanya lebih lama terombang ambing di tengah laut.

Tentu saja fasilitas speedboat yang ada juga jauh lebih nyaman karena jumlah penumpang terbatas. Ruangan lebih bersih, terdapat AC dan kipas angin.

Penumpang tetap merasa sejuk tidak terpengaruh cuaca yang ada di luar. Kursi duduknya juga lebih empuk.

Kenyaman lainnya ada TV dan toilet yang bagus. Keselamatan penumpang juga sangat diperhatikan, baju pelampung tersedia untuk masing-masing penumpang.

Ada kalanya cuaca di wilayah kepulauan seribu tidak bersahabat. Hujan dapat terjadi dari pagi hari hingga malam hari dengan intensitas tinggi.

Kadang disertai petir dan kilat. Juga disertai gelombang laut yang tingginya dapat mencapai 1,25 sampai 2,5 meter. Kecepatan angin barat-barat laut mencapai 6-25 knot.

Biasanya Humas BMKG selalu memberikan informasi secara berkala mengenai perkiraan cuaca. Terutama ditujukan untuk nelayan yang mempunyai perahu traditional kecil. Mereka dihimbau agar tidak melaut karena berisiko terhadap keselamatan diri. Perahu bisa terbalik digulung ombak.

Analogi yang sama bisa dipakai untuk kehidupan kita. Ada orang yang sedang naik perahu kecil, ada yang sedang naik speedboat, bahkan kapal pesiar yang besar.

Ketika berada di perahu kecil ditengah terik matahari sungguh tidak nyaman. Tersengat sinar matahari. Ombak yang tenangpun sudah cukup membuat perahu bergoyang dan membuat kita mabuk laut.

Kebocoran sedikit pada perahu juga merupakan masalah serius. Bisa segera menenggelamkan perahu.

Perbedaan yang kontras apabila yang dinaiki speedboat atau kapal pesiar. Penumpang kapal pesiar nyaris tidak merasa ada goyangan akibat gelombang tinggi, karena kapal yang ditumpangi besar dan moderen.

Penumpang dapat menikmati aktivitas dan hiburan yang tersedia walaupun cuaca di luar tidak bersahabat.

Dari pendekatan karma, orang yang terlahir susah dan miskin adalah seperti sedang menaiki perahu kecil. Dalam kondisi tidak ada badai pun mereka sudah menderita kepanasan.

Orang ini terlahir dalam kondisi tidak menguntungkan akibat karma buruknya terkondisi berbuah.

Perahu yang bocor diibaratkan keburukan yang dilakukan. Langsung memberikan dampak yang signifikan.

Sebaliknya sedikit kebocoran pada kapal pesiar tidak dampak langsung menenggelamkan kapal, kecuali makin lama kebocoran makin banyak dan besar.

Hal ini dapat diibaratkan sebagai orang yang memiliki timbunan karma baik yang cukup, tetapi melakukan hal buruk. Misalnya ketika mencuri, ia bisa saja ia tidak masuk penjara karena ada yang menolong.

Tetapi, apabila orang tersebut terus menerus melakukan perbuatan yang buruk. Lama kelamaan karma baiknya juga akan terkikis, karena ia tidak pernah lagi melakukan kebajikan.

Pada saat itulah kapal pesiarnya akan tenggelam karena kebocorannya sudah parah, dan tidak dapat bertahan lagi.

Ada syair Dhammapada yang bisa digunakan sebagai perenungan mengenai perbuatan

Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak,

maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu;

tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak,

maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.

Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan,

tidak segera menghasilkan buah,

seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih;

demikianlah perbuatan jahat itu membara mengikuti orang bodoh,

seperti api yang ditutupi abu.

Semoga bermanfaat.

**

Jakarta, 20 Maret 2022
Penulis: Joe Hoey Beng untuk Grup Penulis Mettasik

mettasik, hoey beng, dokpri
mettasik, hoey beng, dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun