Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Tentang Kebahagiaan yang Terpenjara

19 Maret 2022   05:04 Diperbarui: 19 Maret 2022   06:28 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Tentang Kebahagiaan yang Terpenjara (kxxv.com, diolah pribadi)

Ketika ada masalah, pikiran selalu terisi dengan masalah tersebut. Berputar-putar saja di sana, mengulang-ulang hal yang sama. Bahkan jika tidak mau memikirkan, pikiran tetap saja berputar di masalah yang sama.

Pikiran tidak dapat pindah ke lain hati. Karena jauh di dalam sana, ada keinginan tersembunyi agar tidak ada masalah. Kenyataannya ada masalah, jadi pikiran terus berusaha mencapai apa yang diinginkan.

Pikiran terpenjara oleh nafsu keinginan, tidak dapat bebas untuk memikirkan lainnya.

Kadang sulit melupakan mantan terindah, walaupun sudah berusaha, tapi tetap tidak dapat dilakukan. Sebenarnya jauh di dalam sana ada keinginan agar bersamanya, ada kerinduan, tapi kenyataan mengatakan lain. Pikiran terpenjara oleh nafsu keinginan.

Ketika mengenang orang yang kita kasihi, mungkin ibu, ayah, pasangan hidup, atau siapapun, selalu mencucurkan air mata. Sebenarnya jauh di dalam sana, ada keinginan selalu bersamanya, ingin mengulang masa-masa yang indah atau memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi. Tapi, kenyataannya semua sudah berlalu. Pikiran terpenjara oleh nafsu keinginan.

Kadang kecewa dengan pasangan hidup, sudah diberitahu kalau tidak boleh ini, tidak boleh itu, masih saja. Padahal itu demi kebaikannya. Jauh di dalam sana, diriku lebih baik dari kamu, karena kamu masih ini, masih itu, tidak bisa ini, tidak bisa itu. Pikiran terpenjara oleh nafsu keinginan.

Melihat orang lebih cantik, lebih kaya, lebih dihormati, merasa tidak suka. Karena jauh di dalam sana, ada keinginan agar diri sendiri lebih baik dari mereka. Kenyataan tidak, pikiran terpenjara oleh nafsu keinginan.

Dunia yang kita lihat, terbentuk dari apa yang kita pikirkan. Pemandangan menjadi indah, ketika bersama orang yang kita cintai. Pemandangan menjadi biasa saja, jika bersama dengan orang yang kita tidak sukai. Suasana hati, kebahagiaan terbentuk dari keinginan.

Kebahagiaan terpenjara oleh nafsu keinginan.

**

Moral cerita: hati-hati dengan keinginan. Keinginan yang semula kita pikir baik, belum tentu membawa manfaat, bisa jadi membuat diri sendiri menderita.

**

Jakarta, 19 Maret 2022
Penulis: Jayanto Chua untuk Grup Penulis Mettasik

mettasik, dokpri, jayanto chua
mettasik, dokpri, jayanto chua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun