Saya bertemu dengan penderita kanker yang berbaring lemah di rumah sakit. Dia tidak bisa banyak bicara. Dia diam saja. Seluruh badannya terasa sakit.Â
Dia tidak bisa makan. Hanya bisa minum saja. Saya tidak bisa membayangkan rasa sakit yang dialami. Juga ada penderita kanker lainnya.
Sekitar 20 tahun silam, saya pernah bertemu dengan milyader yang lebih senang tinggal di rumah dan memastikan semua saluran komunikasi berjalan dengan baik. Dia tidak berani keluar rumah. Takut, cemas, khawatir akan terjadi ini dan itu.Â
Kadang merasa panik, merasa tidak bisa pulang ke rumah. Secara umum, dia mempunyai gangguan psikosomatik.
Saya merasa kasihan. Dia punya uang yang banyak. Punya segalanya. Tapi dia tidak bisa berlibur, tidak berani bepergian. Hanya diam di rumah saja. Dan segala urusan bisnis dikerjakan dari rumah.
Karena demikian banyak orang dengan gangguan kesehatannya masing-masing beserta kisahnya, yang pernah saya temui; saya lebih memilih sehat daripada panjang umur.
Kalau masih sehat, kita bisa melakukan banyak hal. Kita bisa menikmati hidup ini. Bisa berpergian, berlibur. Kita bisa pergi untuk melatih diri, bermeditasi atau menjalankan kehidupan sebagai samana. Hidup terasa lebih bahagia.
Bandingkan pada saat sakit. Kita merepotkan orang lain, siapa pun dia --- pasangan hidup, anak, orangtua, saudara, teman. Banyak hal yang tidak bisa lagi kita lakukan.Â
Selain itu, gangguan kesehatan menjadi beban finansial, banyak biaya tambahan yang harus dikeluarkan.
Kalau sehat, kita memiliki peluang untuk hidup lebih lama. Kita bisa berharap panjang umur dan bahagia. Gangguan kesehatan, apalagi yang serius, seringkali menjadi penyebab datangnya kematian yang lebih cepat, memperpendek usia.
Selain itu, rasanya tidak ada orang yang mau panjang umur namun dalam kondisi sakit-sakitan. Â Berumur panjang, namun melewati hari di perbaringan karena stroke.Â