Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ingin Tahu Ramuan Kebahagiaan Sisi dan Lulu?

12 Maret 2022   09:02 Diperbarui: 12 Maret 2022   09:05 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi, mettasik, iing felicia

"Cangkang membelengguku. Tanpa cangkang, aku menjadi santapan predator. Tanpa cangkang, aku akan mati karena perubahan cuaca. Itu membuat aku frustasi. Aku harus terus mengganti dan mencari cangkang baru sesuai tubuhku."

"Aku lelah, kecewa dengan kondisiku. Amarah dan kesedihan memuncak ketika keinginanku tidak terpenuhi. Aku tidak ingin bertumbuh. Aku stop makan dan minum."

Hingga suatu malam terdengar percakapan dua orang manusia "Apapun yang ada di dunia adalah tidak kekal (Anicca). Keinginanlah penyebabnya. Hidup ini penuh dengan perjuangan. Ketika engkau berhasil mengatasi permasalahan (keinginan), percayalah kau akan merasakan kepuasaan diri dan bangga atas keberhasilanmu."

"Aku sadar bahwa ternyata manusia yang selama ini, ku anggap dewa pun memiliki problematik yang sama denganku sebagai makhluk hidup. Hahaha. Aku mendapatkan pencerahan dan ramuan kebahagiaan untuk tetap semangat mencari rumah baruku."

Baca juga: Enam Pintu Indria yang akan Menentukan Sikapmu.

"Lalu, Apa yang menjadi masalahmu, Lu? Bukankah seharusnya kamu bersyukur dan terima kasih tidak repot mengurusi cangkang terus?" tanya Sisi.

"Beruntung aku mendengar kisahmu, Sisi! Aku seharusnya puas dengan cangkang yang ikut membesar menyesuaikan bentuk tubuhku. Aku tidak perlu repot mencari-cari. Keinginan ini yang membuat aku stres dan membanding diri dengan kamu."

"Ceritanya, saat aku berada di hutan dekat pantai ini. Aku berjumpa dengan Bunglon. Aku tercengang melihatnnya melompat dari satu pohon ke pohon berikutnya."

"Ia memamerkan warna kulit yang berubah-ubah mengikuti tempat hinggapnya. Kemudian bunglon meledekku; 'Siput, kamu pasti kagum melihat warnaku yang berubah-ubah. Tidak seperti kamu. Bosan kan! Cangkang kamu berwarna itu lagi... itu lagi.'"

"Aku pun berangan-angan seandainya cangkangku ini bisa berganti mengikuti keinginanku. Pasti menyenangkan."

Mereka berdua termangu sesaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun