Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyingkap Kebenaran dari Mispersepsi Hipnosis

11 Maret 2022   06:42 Diperbarui: 11 Maret 2022   06:54 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyingkap Kebenaran dari Mispersepsi Hipnosis (diolah pribadi, sumber: neurolism.web.id)

Masih banyak masyarakat awam yang memiliki pemahaman yang salah akan hipnotis (baca: hipnosis). Umumnya hipnosis diasosiasikan dengan hal buruk terutama yang berkaitan dengan penipuan dan kejahatan.

Padahal, hipnosis adalah bagian dari ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah.

Sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya yang dapat dipelajari secara formal maupun non formal, hipnosis dapat dipelajari oleh setiap orang yang berminat. Tentu saja terampil atau tidaknya seseorang setelah belajar hipnosis akan tergantung kepada beberapa faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang setelah belajar hipnosis di antaranya, bakat yang dimiliki orang tersebut, kemampuan guru yang mengajarkan, pemahaman yang diperoleh setelah belajar, serta kuantitas dan kualitas praktik yang dilakukan setelah belajar.

Hipnosis sudah cukup banyak digunakan untuk menyelesaikan trauma (trauma healing). Hal ini misalnya dilakukan kepada orang-orang yang pernah mengalami kejadian buruk, misalnya bencana alam, pelecehan, dan lain-lain.

Hipnosis juga sudah banyak digunakan untuk membantu menyelesaikan penyakit fisik. Entah hipnosis digunakan sebagai metode pengobatan tersendiri atau berbarengan dengan metode pengobatan medis untuk menyembuhkan pasien berpenyakit fisik.

Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa sekitar 75% dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang, sebenarnya bersumber dari masalah pikiran (psikis).

Pengobatan medis sudah sangat maju. Tetapi penyakit yang disebabkan oleh pikiran (yang kemudian bisa memicu sakit fisik), belum mendapat porsi penanganan sebesar penyakit fisik murni.

Banyak juga orang yang walaupun fisiknya sehat dan tidak kurang suatu apapun, tenyata pikirannya tidak sehat alias sakit atau bermasalah.

 Ciri-cirinya antara lain, sering merasa cemas dan takut tanpa sebab, kurang pede, mudah marah, atau emosi, merasa kosong, merasa tidak berarti, merasa sendiri dan nelangsa walaupun banyak teman, merasa hidup ini berat seperti ada yang membebani di dalam diri, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun