"Master, hampir saja rumah tangga kami hancur karena kesalahan diri saya yang terlena. Saya hampir tidak pernah bersyukur dengan semua manjaan suami sebagai suatu berkah rumah tangga."
"Saya anggap semua yang diberikan oleh suami adalah suatu hal yang wajar dan biasa saja dalam rumah tangga. Sehingga saya lalai dalam menjalankan fungsi saya sebagai istri yang baik. Saya... seperti seorang istri perampas rejeki suami."
"Saya membalas kebaikan suami dengan ketidak acuhan. Saya cuma tahu bersenang-senang, shoping, merias diri sendiri. Beruntung saya ingat pesan master untuk mengingat budi baik orang lain dan tahu cara berterima kasih. Khususnya kepada suami sendiri."
"Juga tiga jurus ajaib master untuk mengurangi keburukan, menambah kebaikan dan refleksi diri sendiri sungguh banyak manfaatnya."
"Sebelum suami marah dan berpaling, saya buru-buru meminta maaf atas sikap dan perbuatan saya selama ini. Beruntung rumah tangga kami bisa selamat. Terima kasih master."
Tiba di wanita keempat, dia terdiam. Wajahnya mendadak berubah sedih, air matanya mengalir bagai air sungai;
"Apa yang master katakan, ternyata menjadi kenyataan dalam kehidupan saya." Pada awalnya, saya menganggap semua prediksi yang diterangkan oleh master hanyalah bualan belaka."
"Saya sudah berpikiran negatif,: ujar wanita ke 4 sambil tertunduk malu.
"Rumah tangga kami, seperti rumah tangga sahabat kita nomor 1, yang sudah berada di ujung tanduk dan tinggal menunggu waktu untuk terjadi perpecahan."
"Saya menilai bahwa sayalah yang benar, suami telah banyak melakukan kesalahan. Saya kurang memiliki belas kasih, cinta kasih pada suami sendiri. Saya kurang bisa bermurah hati dan sering berucap kasar terhadap suami. Apapun yang dia lakukan terhadap saya, di mataku dia terlihat salah semua.
"Suatu ketika saya tersadarkan akan ucapan master, tentang 3 jurus pamungkas yang diberikan kepada kami."